TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono, menilai ancaman siber di masa saat ini tak bisa dipandang remeh.
"Karena pertempuran siber punya daya rusak yang sangat luar biasa. Karena mereka punya domain untuk merusak tatanan yang ada kemudian diperbaiki pelan-pelan," kata Trenggono di Restoran Seribu Rasa, Jakarta Pusat pada Jumat, 29 November 2019.
Trenggono mengaku memiliki pengalaman dalam menghadapi ancaman siber. “Saya cukup punya pengalaman langsung selama delapan bulan selama pesta demokrasi kemarin. Bahkan sampai sekarang dampaknya masih ada,” kata dia.
Trenggono pun mengklaim sedang mengkaji strategi untuk mengantisipasi segala potensi ancaman yang timbul dari dunia siber atau hacker ini. Ia akan menggandeng Badan Siber dan Sandi Negara, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Intelijen Negara dan Polri untuk membangun pertahanan serta mengantisipasi potensi perang itu.
Berdasarkan data BSSN, ancaman siber berupa Network Trojan untuk pencurian data merupakan jenis ancaman yang paling banyak terjadi hingga 31,71 persen. Kemudian, di urutan kedua adalah Access Privilege User untuk ambil alih sistem sebesar 22,91 persen.
Serangan siber terbanyak ketiga berupa DDoS Attempt untuk melumpuhkan sistem sebanyak 13,98 persen. Ancaman siber lain yang banyak terjadi adalah pencurian informasi yang mencapai 12,62 persen.
ANDITA RAHMA