INFO JABAR — Wakil Presiden, Ma’ruf Amin, membuka Festival Tajug terkait Hari Santri Nasional Tahun 2019, di Alun-Alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Cirebon, Jumat, 22 November 2019. Festival dengan tema pesan Sunan Gunung Jati "Ingsun titip tajug lan fakir miskin" ini berlangsung sampai 24 November mendatang.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang mendampingi Wapres mengatakan Jabar telah menerapkan pesan Sunan Gunung Jati untuk memakmurkan masjid dalam bentuk program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat, yakni Kredit Mesra, One Pesantren One Product (OPOP), serta English for Ulama.
Ia mengambil contoh program Mesra. Sejak diluncurkan November 2018, sudah ada belasan ribu fakir miskin yang mendapatkan kredit usaha tanpa bunga dan agunan melalui masjid. Selain itu, OPOP mampu membuat 1.100 pesantren di Jabar sukses dan mandiri melalui pemberian modal dan pelatihan usaha. Adapun lewat English for Ulama, lima ulama muda Jabar, salah satunya dari Cirebon, dikirim ke Inggris untuk menyebarkan tentang Islam yang damai.
“Kami selama 12 bulan ini sudah menerjemahkan nasihat dari Sunan Gunung Jati. Alhamdulillah ada 18 ribu lebih fakir miskin sekarang bebas rentenir berkat rajin ke tajug dan mendapatkan pertolongan dari pemerintah,” ujar gubernur dalam sambutannya.
“Inilah dakwah kami melalui kekuasaan di Jabar. Mudah-mudahan Bapak Wakil Presiden bisa berkenan menyukseskan Festival Tajug ini sebagai cikal bakal lahirnya peradaban baru Islam yang berjaya melalui kekompakan di antara kita semua,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Wapres Ma’ruf Amin mengapresiasi Festival Tajug karena merupakan langkah strategis mengembangkan Islam melalui pembangunan masjid. Wapres mengimbau agar pesan Sunan Gunung Jati juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran menjaga masjid, agar tidak digunakan sebagai tempat menyebarkan ajaran-ajaran menyimpang atau berita yang mengandung kebencian.
Adapun menurut Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, tema "Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin" dalam Festival Tajug tahun ini memiliki makna mendalam tentang ajakan menjaga negara dan agama.
“Memang inilah tugas kita, yaitu menjaga negara dan menjaga agama. Menjaga negara yakni fakir miskin, menjaga agama yakni tajug,” kata Arief.
“Berangkat dari istilah ini, PBNU menggandeng kesultanan menggelar Festival Tajug untuk bersama-sama menyadarkan bahwa perjuangan harus imbang antara tajug dengan fakir miskin. Antara negara dan ulama, antara dunia dan akhirat, antara putih dan merah, antara kiyai dan pejabat,” ujarnya.
Pembukaan Festival Tajug 2019 juga dihadiri raja dan sultan dari berbagai keraton yang ada di Tanah Air. (*)