TEMPO.CO, Yogyakarta - Cendekiawan Ahmad Syafii Maarif alias Buya mengkategorikan pelaku teror bom bunuh diri di Kantor Polrestabes Medan, Sumatera Utara, atau bom Medan bagian dari kelompok penganut teologi maut.
"Penganut teologi maut itu isinya orang-orang yang cuma berani mati tapi tak berani hidup," ujar Buya di sela silaturahmi akademisi bersama Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md di Yogyakarta pada Jumat petang lalu, 15 November 2019.
Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjelaskan di Indonesia, penganut teologi maut dalam kejadian bom Medan muncul karena bergabung dengan kelompok-kelompok yang sudah terpapar suatu ideologi. Padahal sesungguhnya ideologi yang mereka anut sudah diambang kehancuran.
"Karena bangkrut, ideologi itu akhirnya berubah menjadi teologi maut."
Agar kelompok seperti pelaku bom Medan tak makin berkembang dan terus memakan korban, Buya Syafii meminta pemerintah tidak hanya memakai pendekatan hukum dalam menangani terorisme. Pendekatan yang digunakan juga harus lebih variatif.
Menurut Buya, penanganan terorisme bisa mengadopsi sistem yang telah diterapkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), yakni juga memakai pendekatan hukum saja tapi juga cara humanis.
"Ada pendekatan sisi lain, pendekatan hati dan sosial ekonomi," ujar Buya.