TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat teroris Al Chaidar masih ragu mengenai status RMN, 24 tahun, terduga pelaku peledakan bom Medan di Markas Polisi Resor Kota Medan (Polrestabes) Medan. "Saya masih bingung. Apakah lone wolf, berjaringan, atau malah korban yang dititipi tanpa sepengetahuan," kata Chaidar saat dihubungi pada Kamis, 14 November 2019.
Chaidar meragukan keterangan polisi bahwa RMN adalah lone wolf atau pelaku yang beraksi sendiri. Sebab, ia tak mengekspresikan paham yang ia anut di akun YouTube atau media sosialnya. "Di sisi lain, prediksi saya tentang jaringan juga masih meragukan karena belum ada respon dari jaringannya."
RMN meledakkan tubuhnya dengan mengenakan jaket ojek online kemarin, Rabu, 14 November 2019, menjelang apel pagi. Ia menyusup masuk ke Markas Polrestabes Medan dengan memanfaatkan kerumunan orang yang sedang mengantre membuat SKCK. Bom meledak di Bagian Operasional Polrestabes Medan.
Chaidar mempertanyakan status RMN sebagaimana disebutkan oleh polisi. Ia ragu karena RMN meledakkan bom di sasaran yang tidak tepat. "Itu lemah karena mereka bilang dia mau buat SKCK." SKCK adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian, yang biasa digunakan untuk melengkapi persyaratan mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Akibat ledakan itu enam orang menjadi korban bom Medan itu. Mereka adalah empat anggota polisi, satu warga sipil, dan satu orang pekerja harian lepas. Seluruh korban kini tengah mendapat perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Sumatera Utara.
ANDITA RAHMA | SAHAT SIMATUPANG