TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Agama DPR menggelar rapat dengar pendapat dengan Menteri Agama Fachrul Razi pada Kamis, 7 November 2019. Rapat berlangsung sekitar tujuh jam, mulai pukul 10.00-17.00, dengan skors waktu selama 30 menit.
Dalam rapat itu, anggota dewan sebagian besar bertanya soal pernyataan-pernyataan kontroversialnya seperti larangan cadar dan cingkrang serta menyisipkan bahasa Indonesia saat berdoa. Padahal, agenda besar rapat kerja hari itu adalah membahas membahas evaluasi program dan anggaran Tahun 2019 serta rencana program Tahun 2020.
Anggota Komisi Agama Ali Taher, misalnya, malah mengungkit riwayat tiga jenderal memimpin Kementerian Agama. Lalu, mempertanyakan Fachrul hendak menjadi menteri yang seperti apa.
"Alamsyah, jenderal yang melakukan perombakan. Tarmizi Taher, jenderal yang sangat sufi. Sekarang, saya kepingin Menteri Agama yang jenderal tetapi juga sufi," ujar politikus senior PAN ini disambut anggukan dan senyum Fachrul Razi.
Sebelum Fachrul, ada dua menteri berlatar belakang militer yang pernah menjadi menteri agama. Mereka adalah Alamsyah Ratu Perwiranegara dan Tarmizi Taher. Keduanya menjabat pada era orde baru, di bawah kepemimpinan Soeharto.
Ali Taher mengingatkan, Fachrul Razi harus belajar mengambil sisi baik dari dua pendahulunya tersebut dan meninggalkan sisi buruknya. Fachrul harus perlahan meninggalkan budaya militernya dan mulai beradaptasi sebagai Menteri Agama yang mengedepankan kedamaian.
"Saya berpesan kepada Bapak Menteri, jenderal tinggal jenderal, tapi jenderal yang tidak menapakan kaki di bumi, kehilangan makna kejenderalannya," ujar pria asal Flores ini.
Ali berharap, Zainut Tauhid sebagai Wakil Menteri Agama dari NU juga mengingatkan bosnya jika sudah melewati garis batas kewenangan dan masuk terlalu dalam ke ranah penafsiran agama. "Allah mempertemukan kedua orang ini, tentu ada maksud, yang satu radikal ya menteri agama, yang satu kiai. Jenderal boleh merombak sesuatu, tetapi jangan lupa arah perombakan itu harus ihdinas siratal mustaqim," ujar Ali.
Bekas Ketua Komisi VIII ini mengingatkan bahwa tugas Menteri Agama adalah menjadi wasit, jadi tidak boleh masuk ke dalam permainan. "Jangan sampai wasit berjalan di dalam, lalu anda kehilangan pemain. Akhirnya, anda berjalan sendirian. Anda bisa ditinggalkan umat. Saya sayang kepada anda, maka saya bicara apa adanya," ujar Ali Taher.