TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan menepis isu bahwa operasi matanya adalah rekayasa. Sebelumnya, kabar bohong mengenai operasi mata Novel rekayasa beredar di Twitter.
Unggahan itu menautkan video salah satu tv swasta yang merekam wawancara ketika Novel sedang dirawat di Singapura. Wawancara dilakukan ketika Novel sedang dibawa menggunakan kursi roda di lorong rumah sakit. Pengunggah menyatakan video itu ditayangkan pada 18 April 2017. Ia menuding bahwa kondisi mata Novel baik-baik saja. Padahal Novel baru saja disiram air keras.
Novel memperkirakan video itu diambil pada sekitar April atau Juli 2017 di RS Singapura. Ia dirawat di sana setelah disiram air keras oleh dua orang tak dikenal di dekat rumahnya pada 11 April 2017. Akibat siraman itu, mata Novel hampir buta dan mesti menjalani perawatan di Singapura selama 10 bulan. Polisi beberapa kali membentuk tim tapi belum menangkap pelaku penyerangan.
"Ini video diambil sekitar bulan April atau Juli 2017," kata Novel lewat pesan tertulis, Selasa, 5 November 2019.
Novel menceritakan video itu diambil sebelum dirinya menjalani operasi mata osteo-odonto keratoprosthesis, yaitu metode operasi bagi pasien dengan cidera kornea. Ia mengatakan saat itu, dokternya, Donald Tan sedang mengupayakan memulihkan matanya dengan motede sel punca atau stem cell dengan cara memasang selaput membran plasenta pada kedua matanya untuk menumbukan jaringan yang sudah mati akibat siraman air keras.
Akan tetapi, pada Agustus 2017, metode itu tak berhasil memperbaiki kondisi penglihatan Novel. Dokter memperkirakan, bila tak segera dioperasi dalam enam bulan kedua mata Novel bisa buta total. Maka dilakukanlah operasi OOKP yang membuat matanya dalam kondisi seperti saat ini. "Diperkirakan 6 bulan setelah kejadian kedua mata akan tidak bisa lihat sama sekali," kata dia.
Novel mengatakan bila orang melihat kondisi matanya sebelum operasi, pasti akan menganggap matanya baik-baik saja, tidak berwarna merah seperti sekarang dan bening seperti kelereng. "Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang," ujar Novel.
Ia mengatakan pegawai KPK yang menemaninya menjalani perawatan selama di Singapura mengetahui kondisi matanya yang sebenarnya. Ia mengatakan kondisi matanya juga selalu dikabarkan kepada pimpinan KPK.