INFO NASIONAL — Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, yang akrab disapa Bamsoet, mengatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia tengah merasakan ancaman yang luar biasa terhadap karakter serta jati diri. Bahkan, "sosok" ancaman tersebut sangatlah dekat dan akrab dalam keseharian rakyat Indonesia, terutama generasi muda, yakni kemajuan teknologi seperti smartphone, teknologi informasi digital dan media sosial.
Hal tersebut diungkapkan Bamsoet saat acara audiensi Pimpinan MPR RI dengan finalis nasional LCC Empat Pilar MPR 2019, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2019 yang juga dihadiri Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, Syarief Hasan dan Arsul Sani.
Bamsoet mengindikasikan jika generasi muda sampai masuk dalam pusaran pengaruh buruk kemajuan teknologi tersebut, maka semuanya akan menjadi robot-robot yang sangat bergantung kepada teknologi, tidak bisa hidup tanpanya dan pemakainya tidak punya lagi cinta, cipta, rasa juga karsa.
Kemajuan teknologi apalagi media sosial, jika tidak disikapi dengan bijak akan menggerus akal sehat. Kabar dan berita hoax akan semakin mudah untuk menyebar ke seluruh penjuru sampai ke pelosok-pelosok desa yang pada akhirnya, jika diterima secara mentah, akan berpotensi menjadi konflik.
Sebaliknya, jika bangsa ini mampu menggunakan kemajuan teknologi secara bijak, maka kemajuan teknologi tersebut akan menimbulkan dampak positif dan sangat bermanfaat. Seperti di media sosial via smartphone bisa digunakan untuk berdagang atau berbisnis.
Selain itu, media sosial juga mempermudah segala kegiatan mulai dari interaksi antarsesama, membuka serta memperluas jaringan pertemanan dan sebagainya.
“Memang pada intinya, kemajuan teknologi bagai pisau tajam bermata dua. Satu sisi membawa kebaikan dan sisi lainnya membawa keburukan, di sinilah kewaspadaan menjadi sangat penting. Pandai memilah hanya mengambil sisi kebaikan dari kemajuan teknologi menjadi hal yang mesti dilakukan. Pemahaman karakter dan jati diri bangsa yang baik akan semakin mempermudah kita mampu memilah hanya yang baik-baik saja,” katanya.
Untuk itulah, berbagai upaya pemahaman karakter bangsa yang baik harus diapresiasi serta didukung. Sebab, jika karakter dan jati diri bangsa sudah terbentuk, maka akan menjadi benteng yang kuat untuk menangkal berbagai ancaman-ancaman pengikisan karakter dan jati diri itu sendiri. (*)