INFO NASIONAL — Pemprov DKI Jakarta membangun teknologi pengelolaan sampah antara melalui hadirnya fasilitas Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara. Ditargetkan, fasilitas ITF Sunter ini dapat beroperasi mulai 2022. Tak sampai di situ, pembangunan pembangunan ITF pun berlanjut di tiga tempat lainnya untuk mempermudah proses pengolahan sampah di hilir.
"Satu di Sunter, tiga lainnya sedang kita rumuskan. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa segera memilih mitra untuk membangun ITF lainnya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih, beberapa waktu silam.
Sebagai langkah nyata, perjanjian jual beli listrik hasil ITF Sunter dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan PT Jakarta Solusi Lestari (PT JSL) di Jakarta, 16 Oktober 2019. Nilai listrik yang dijual ITF Sunter senilai USD 11,88 sen per kWh. PT JSL adalah perusahaan patungan antara PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dengan perusahaan Finlandia Fortum.
Direktur Utama Jakpro, Dwi wahyu Daryoto, menjelaskan pelaksanaan proyek ITF sesuai Peraturan Gubernur No. 33 Tahun 2018. “Sebagai upaya kita mengurangi sampah kota,” katanya. Dia menjelaskan bahwa ITF Sunter mampu mengubah 2.200 ton sampah per hari menjadi energi listrik 35 MegaWatt.
Pada kesempatan serupa, Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, berharap tahun depan dapat menentukan mitra untuk membangun tiga ITF lainnya. Sebagai informasi, Pemprov DKI menganggarkan Rp 750 miliar dari APBD DKI 2019 untuk pembangunan ITF.
Proyek ini merupakan upaya mengurangi ketergantungan Jakarta terhadap Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Bantar Gebang, Bekasi. Bila empat ITF yang direncanakan beroperasi, maka Bantar Gebang hanya dijadikan tempat pembuangan residu. Dengan demikian, program pengurangan sampah di Jakarta dapat berjalan sesuai harapan.
Selama ini, sebanyak 7.000 ton sampah dari Jakarta bermuara di TPST Bantar Gebang. Jika dibiarkan berlarut-larut, akan mengalami kelebihan kapasitas pada 2021. (*)