TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengunjungi posko pengungsi korban gempa Maluku 6,5 magnitudo di Universitas Darussalam, Kecamatan Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah.
Jokowi menjelaskan, anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan di BNPB telah dialokasikan untuk perbaikan rumah-rumah dan segera disalurkan. Namun, pemerintah masih menunggu gempa benar-benar selesai agar bisa membangun rumah penduduk.
"Ini kalau malam saya dengar masih ada yang kecil-kecil, begitu ya? Gempa kecil-kecil. Semoga itu cepat hilang sehingga pembangunan rumah itu bisa dikerjakan oleh masyarakat yang nanti dikoordinasi oleh pemerintah daerah, anggarannya dari pusat," katanya dalam siaran pers Sekretariat Presiden, Selasa, 29 Oktober 2019.
Menurut laporan yang Jokowi terima dari Gubernur Maluku Murad Ismail dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, ada sekitar 12.137 unit rumah yang rusak akibat gempa Maluku. Rinciannya, 2.712 unit rumah rusak berat, 3.317 unit rumah rusak sedang, dan 6.108 unit rumah rusak ringan.
Adapun besaran bantuan untuk perbaikan rumah warga, yaitu Rp 50 juta untuk kategori rusak berat, Rp 25 juta untuk yang rusak sedang, dan Rp 10 juta untuk rumah rusak ringan. Presiden mengatakan jumlah tersebut sama seperti yang diberikan di daerah terdampak gempa lainnya.
"Kalau ditanya cukup atau tidak cukup, ini terserah bapak ibu semuanya. Yang penting, yang kita lihat seperti di NTB, di Palu, dengan anggaran yang ada, ini rumah saya lihat di NTB sudah hampir selesai dan juga bisa diselesaikan," katanya.
Jokowi berharap agar masyarakat bisa membangun rumah dengan konsep tahan gempa seperti yang dilakukan warga di NTB. Untuk itu, pembangunan konstruksi rumah warga akan diarahkan langsung oleh Kementerian PU.
"Ada macam-macam, ada yang pakai beton, ada yang sistem RISHA ada, jadi kalau ada gempa itu yang goyang hanya konstruksinya tetapi dinding dan lainnya tetap itu. Saya kira kita harus mengikuti itu," tuturnya
Menurut Jokowi, Indonesia terletak di kawasan cincin api sehingga potensi gempa dan tsunami selalu ada. Sejarah mencatat gempa besar terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Aceh, Padang, Bengkulu, Lampung, Banten, Yogyakarta, hingga beberapa tahun terakhir di Nusa Tenggara Barat, Palu dan Donggala, serta Maluku.
"Kita memang tidak ingin, dan selalu memohon kepada Allah SWT agar kita selalu dihindarkan dari yang namanya gempa dan tsunami. Tetapi kalau memang Allah sudah berkehendak ya kita harus menerima dan siap," ucap mantan gubernur DKI Jakarta itu.