TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme Harits Abu Ulya meragukan tewasnya Al-Baghdadi, pimpinan kelompok radikal ISIS dalam operasi penggerebekan yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat di Suriah. "Karena sumbernya tunggal, dari Trump," kata Harits kepada Tempo pada Selasa, 29 Oktober 2019.
Ahad, 27 Oktober 2019, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan Pemimpin kelompok radikal Islamic State (ISIS) Abu Bakr al-Baghdadi, sudah meninggal dalam penggerebekan yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat di Suriah. "Penjahat yang berusaha keras mengintimidasi orang lain, menghabiskan hari-harinya terakhirnya dalam ketakutan, panik dan takut pasukan Amerika mendatanginya," kata Trump dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Washington.
Menurut Trump, Baghdadi meninggal setelah kabur ke sebuah terowongan buntu. "Saat dia menghadapi jalan buntu di sebuah terowongan, anjing-anjing kami mengejarnya ke bawah. Dia lalu menyalakan rompi bom bunuh diri yang dipakainya.” Baghdadi membunuh dirinya sendiri dan ketiga anaknya. Tubuhnya remuk dalam ledakan itu. “Terowongan itu telah menimbunnya," kata Trump.
Harits menjelaskan, latar belakang dan kondisi politik Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ini sedang tidak aman. Apalagi dalam pidato yang disampaikan Trump, alibinya terlihat sempurna.
"Butuh opini kedia untuk mengkonfirmasi.” Secara pribadi, sejauh ini pengamat terorisme tersebut juga belum mendapatkan konfirmasi di luar berita yang sumbernya dari Trump.