INFO NASIONAL — Mudah dan murah. Inilah komentar Ny. Yamah (41 tahun) tentang program Pangan Murah yang digulirkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Warga RW 11 Cengkareng Timur, Jakarta Barat ini, bisa dengan mudah berbelanja pangan murah di beberapa tempat yang diinginkannya.
“Terkadang saya belanja di RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Cengkareng, kadang di RPTRA Kamal, atau agak jauhan dikit ke Pasar Jaya Cengkareng,” ujar ibu dua anak ini. Ia mengaku, di mana pun tempat belanja yang dipilih, harga pangan yang dijual tetap murah dan kualitasnya bagus. “Alhamdulillah, saya berterima kasih kepada Pemerintah DKI, saya sangat terbantu,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta memang terus memperluas jangkauan Program Pangan Murah agar benar-benar dirasakan oleh warga Jakarta yang membutuhkan. “Saat ini ada 265 titik penjualan pangan murah di seluruh wilayah DKI Jakarta,” ujar Kepala Bidang Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta, Mujiati.
Titik-titik penjualan pangan murah itu tersebar di toko perkulakan dan pasar-pasar yang ada di Jakarta. Di tempat ini warga yang ingin berbelanja dilayani pada hari Senin hingga Sabtu, mulai jam 08.00 pagi hingga jam 17.00 sore. Titik penjualan lain adalah di sejumlah rumah susun (rusun) yang dikelola Pemrov DKI dan RPTRA yang telah dijadwalkan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. “Di rusun dan di RPTRA jadwalnya mulai 08.00 pagi hingga jam 12.00 siang,” kata Mujiati.
Kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau menjadi salah satu hal utama untuk mewujudkan Jakarta berketahanan. Untuk memastikan stabilitas harga pangan melalui subsidi, Pemrov Jakarta DKI mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 1 triliun per tahun.
Dengan subsidi ini, warga bisa berbelanja bahan pangan dengan harga sangat terjangkau. Daging sapi bisa dibeli dengan harga Rp 35 ribu per kilogram, daging ayam Rp 8 ribu per kilogram, telur ayam Rp 10 ribu per tray, beras Rp 30 ribu per 5 kilogram, dan ikan sekitar 13.000 rupiah per kilogram, serta susu Rp 30 ribu per karton (isi 24 pak, @200 mililiter).
“Melalui program ini Pemrov DKI Jakarta ingin meningkatkan gizi masyarakat tertentu, stabilisasi harga pangan dan meningkatkan akses pangan masyarakat,” ujar Mujiati, menjelaskan. (*)