TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti mengkritik penunjukan 12 wakil menteri dalam kabinet Indonesia Maju. Dia menilai, beberapa pos kementerian kurang tepat diisi wakil menteri. Salah satunya, pos Kementerian Pertahanan. Rangkuti menduga ada dua alasan wakil menteri ditempatkan di pos ini.
Pertama, demi bagi-bagi kekuasan semata. Kedua, untuk menjadi jangkar Presiden Jokowi kepada menteri yang bersangkutan yakni, Prabowo Subianto. Diketahui, Prabowo merupakan bekas seteru Jokowi dalam pemilihan presiden 2019. “Pada tingkat tertentu, wakil menteri menjadi penyeimbang atau bahkan pengawas terhadap menterinya. Jokowi membutuhkan keseimbangan antara langkah menteri dan kontrol dari dirinya,” ujar Rangkuti, Ahad, 27 Oktober 2019.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Desmond J. Mahesa mengkritik ditempatkannya Sakti Wahyu Trenggono di posisi Wakil Menteri Pertahanan. Trenggono sebelumnya adalah Bendahara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin yang memiliki latar belakang pengusaha.
Desmond menilai, kehadiran Trenggono hanya akan memberatkan Prabowo, sebab tidak punya kapasitas di bidang itu. Menurut dia, orang yang mengisi jabatan itu semestinya memahami militer dan strategi pertahanan. "Tapi kalau orang ditaruh di situ karena waktu kampanye membantu Pak Jokowi, kesannya saya pikir kasihan Pak Prabowo ya,” kata Desmond di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.
Berbeda dengan anak buahnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menerima kehadiran Sakti Wahyu Trenggono dengan baik. "Bagus, bagus," kata Prabowo saat ditanya pendapatnya soal pengangkatan Trenggono sebagai wakil menteri di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.