TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur Abdussalam Shohib mengaku mendapatkan laporan dari beberapa pengasuh pondok pesantren yang mengaku didatangi oleh sejumlah orang yang disebutnya sebagai "utusan Jakarta." Orang-orang itu, kata Abdussalam, mencoba menjelaskan alasan Presiden Jokowi menunjuk Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. "Ingin klarifikasi," kata Abdussalam, Jumat malam, 25 Oktober 2019.
Ia menyesalkan cara-cara tersebut karena dinilai mengadu domba kiai. Sebab, yang didatangi hanya kiai-kiai tertentu saja. "Kalau mau memberi penjelasan mengapa tidak ke semua, " ujar Abdussalam.
Ia tak memungkiri bahwa para kiai NU tak puas dengan penunjukkan Fachrul Razi sebagai Menag. Bila alasannya untuk mencegah radikalisasi, kata Abdussalam, juga kurang tepat. "Radikalisasi itu asalnya kan dari pemahaman agama. Seharusnya yang menghadapi, ya, yang paham agama," kata dia.
Abdussalam mengimbuhkan pada Kamis, 24 Oktober lalu ia mendampingi Ketua PBNU Robikin Emhas bertemu para kiai, masyayikh dan Pengurus Cabang NU se-Mataraman (Jatim bagian selatan) di Pesantren Al Falah, Ploso, Kabupaten Jombang. Pertemuan itu resminya adalah sosialisasi Undang-Undang Pesantren.
Namun di sela-sela rehat makan siang, Robikin banyak mendapatkan pertanyaan dari para kiai dan masyayikh ihwal keputusan Jokowi itu. "Pertanyaan dilontarkan secara santai, informal, sambil makan," kata Abdussalam.
Robikin tak membantah bahwa banyak pertanyaan soal posisi Menag yang tidak lagi ditempati kader NU. Menurutnya, bila disimpulkan, pertanyaan-pertanyaan itu bernada protes. "Namun karena ini kiai, dengan adab yang tinggi, bahasanya tidak begitu (protes)," katanya di kantor PWNU Jawa Timur, Kamis sore.
Robikin menuturkan PBNU tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena posisinya sebagai ormas. Karena itu ia meneruskan pertanyaan tersebut ke ruang publik. "Harapannya dijelaskan oleh pihak terkait," katanya.