TEMPO.CO, Jakarta - Direktur LBH Medan Ismail Lubis menuturkan ada rentetan teror sebelum pelemparan bom molotov di kantornya pada dini hari tadi, Sabtu, 19 Oktober 2019.
Ismail menceritakan belakangan pengacara publik di LBH Medan kerap mendapatkan telepon gelap. Si penelepon menggunakan nomor luar negeri.
"Ada yang ditelepon pakai nomor luar negeri berulang-ulang," kata Ismail saat dihubungi, Sabtu, 19 Oktober 2019.
Ismail menceritakan dirinya juga baru saja mengganti nomor. Pasalnya, ketika dicek di aplikasi pelacak nomor seperti Truecaller dan Getcontact, nomor miliknya tercatat dengan nama orang lain.
Setelah rangkaian kejadian aneh itu, Ismail memerintahkan para anggotanya untuk tidak pulang terlalu malam guna mengindari aksi teror bom molotov yang lebih parah. Firasat Ismail terbukti oleh pelemparan bom molotov pada dini hari tersebut.
"Puncaknya ya pelemparan ini," kata dia
Ismail berkata banyak kasus yang tengah ditangani LBH Medan sebelum teror. Namun, ia menduga teror bom molotov ini berhubungan dengan aksi bertajuk #ReformasiDikorupsi.
Kantor LBH Medan, kata dia, kerap dijadikan tempat berkumpul mahasiswa dan buruh untuk berkonsolidasi dalam aksi menolak revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi dan rancanngan UU kontroversial lainnya tersebut.
Pelemparan bom molotov di Kantor LBH Medan terjadi pada Sabtu, 19 Oktober 2019, sekitar pukul 02.33 WIB. Bom molotov dilempar ke atap kantor yang berlokasi di Jalan Hindu, Kota Medan tersebut.
Sebelum membesar, api berhasil dipadamkan oleh masyarakat sekitar dan petugas kebersihan. LBH telah melaporkan kejadian ini ke polisi.