TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengatakan kasus penusukan Menkopolkam Wiranto dengan pisau kunai membawa dampak besar pada situasi keamanan negara.
Itu karena korbannya petinggi negara. Kejadian tersebut, menurut dia, menunjukkan rentannya pengamanan di Indonesia bahkan untuk pejabat tinggi negara.
"Ini akan menjadi sorotan banyak pihak termasuk pihak internasional," kata Stanislaus kepada Tempo hari ini, Jumat, 11 Oktober 2019.
Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan bahwa pelaku penusukan Wiranto adalah Syahrial Alamsyah alias Abu Rara. Ia bagian dari teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi, yang terafiliasi dengan ISIS.
Stanislaus pun meyakini serangan memang dilakukan oleh kelompok yang berkaitan dengan ISIS, menyusul penangkapan amir JAD Bekasi pada pekan lalu.
"Pola serangan dan terget juga mengarah kepada pola yang dilakukan ISIS," ucapnya.
Serangan terjadap Wiranto di Pandeglang, Banten, kemarin, Kamis, 10 Oktober 2019, juga melukai punggung Kapolsek Menes.
Wiranto luka pada perutnya dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Stanislaus menilai perlu ada evaluasi menyeluruh dalam pengamanan pejabat negara setelah penusukan Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang. Menurut dia, evaluasi itu berupa perbaikan mekanisme tanggap atas potensi ancaman.
"Dalam konteks menyesuaikan dengan potensi ancaman yang bisa diperoleh dari laporan intelijen," ujarnya.
Stanislaus berpendapat pola pengamanan harus disesuaikan dengan potensi acaman. Dengan kejadian penusukan Wiranto tentu saja pola pengamanan, terutama terhadap pejabat negara, harus diperbaiki dan ditingkatkan.