TEMPO.CO, Jakarta - Pakar komunikasi politik yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengkritik politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Arteria Dahlan yang dianggap tak sopan terhadap Emil Salim dalam acara Mata Najwa tadi malam.
Adi menilai sikap Arteria itu bertentangan dengan slogan revolusi mental yang digagas PDIP dan Presiden Joko Widodo. "Saya melihatnya agak kontraproduktif dengan semangat revolusi mental yang selalu digaungkan oleh temen-temen PDIP dan Presiden," kata Adi kepada Tempo, Kamis, 10 Oktober 2019.
Adi berpendapat, semangat revolusi mental di antaranya menekankan kesantunan, termasuk ketika berdebat dengan orang yang berbeda pendapat. Dia menyinggung bahwa para pendiri bangsa pun dulu kerap berdebat tetapi tetap dengan cara yang elegan.
Adapun pernyataan dan gestur Arteria semalam, kata Adi, lebih menunjukkan arogansi. Adi mengatakan sikap semacam itu semestinya dihindari terlebih kepada seorang tokoh senior yang tak diragukan lagi keilmuannya.
"Mestinya yang begitu-begitu dihindari kan ya, karena biar bagaimana pun Profesor Salim itu guru besar yang dihormati banyak orang," kata Adi.
Dalam bincang-bincang Mata Najwa bertajuk "Ragu-ragu Perpu" tadi malam, Arteria ngotot menyebut revisi Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tak melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dia menyudutkan Emil Salim dan menyebutnya sesat lantaran berpendapat lain.
Tak cuma itu, Arteria juga menyudutkan narasumber lain yang berseberangan pendapat dengan dirinya, yakni Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan, dan Direktur Pusako Universitas Andalas Feri Amsari.