TEMPO.CO, Tulungagung - Riza Andillah Khoir, 24 tahun, perantau di Wamena , Papua yang mengungsi akibat kerusuhan pada 23 September 2019 memilih pulang ke kampung ke Tulungagung, Jawa Timur, secara mandiri. "Saya pulang dengan biaya mandiri karena belum ada kepastian pemulangan dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi kami yang masih 'terjebak' di sana," kata Riza, pengungsi Wamena, Papua di Tulungagung, Rabu, 9 Oktober 2019. Keputusan pulang kampung dengan biaya sendiri itu juga karena Reza tak punya sanak keluarga di Papua.
Sempat mengungsi hampir sepekan, pada 1 Oktober 2019 dia akhirnya memutuskan berangkat ke Jawa dengan menumpang pesawat perintis dari Wamena ke Sentani. Dari Sentani, Riza melanjutkan perjalanan darat menuju Jayapura dan dilanjutkan dengan menaiki kapal laut KM Ciremai. Ia tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Senin, 7 Oktober 2019.
Di Surabaya, Riza dijemput petugas Dinas Sosial, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunagn Anak (Dinsos KB dan PPPA) Kabupaten Tulungagung, untuk dihantarkan pulang ke rumahya di Kelurahan Bago. Fasilitas di pengungsian, kata Riza, dipriotitaskan untuk pengungsi perempuan dan anak-anak. ”Daripada berlarut-larut dan menjadi masalah lebih baik pulang duluan.”
Setelah mendapatkan informasi dari Dinsos Provinsi Jatim, dua petugas dinsos Tulungagung langsung menjemput perantau itu di Wisma Transito Disnakertras Jatim Surabaya untuk dibawa ke rumah asalnya. "Kami langsung jemput dan bawa pulang," kata Nurul Hidayah, Kabid Rehabsos Dinsos KB PPPA Tulungagung Nurul Hidayah.
Menurut penarik ojek daring ini masih ada puluhan warga Tulungagung di Wamena. Ia terus berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jatim untuk menanyakan perantau asal Tulungagung yang menyusul balik kampung atau tidak.
Dinas memberikan santunan berupa paket bahan makanan. “Kami akan berkoordinasi dengan dinas lainnya, untuk memberikan modal usaha," ujar Nurul.