TEMPO.CO - Mataram - Para pengungsi warga Nusa Tenggara Barat (NTB) korban kerusuhan di Wamena, Provinsi Papua, diterbangkan pulang ke Lombok mulai pagi tadi, Jumat, 4 Oktober 2019.
Kerusuhan pecah pada Senin lalu, 23 September 2019, akibat berita hoaks dan membuat ribuan orang mengungsi. Sejumlah pemerintah provinsi mengupayakan pemulangan warganya dari sana, seperti NTB, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur.
Biaya tiket pesawat komersial ditanggung oleh Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Tapi keberangkatan menunggu ketersediaan tiket dari maskapai penerbangan.
Hari ini, delapan orang keluarga guru terbang menggunakan Garuda dan Lion Air via Timika - Denpasar - Lombok.
"Mereka selama setahun terakhir bekerja sebagai guru SMP yang baru diangkat,'' kata Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial NTB Haji Amir di penampungan pengungsi Markas Batalion Infantri Raider 571/Vira Jaya Sakti kepada Tempo melalui telepon pada Jumat, 4 Oktober 2019.
Delapan pengungsi tersebut adalah Novi Ariyanto, Suarifudin Lubis, Neneng Iin Isnawati, Hapipaturrahman, Aswadi (warga Lombok Tengah). Sedangkan Nurun, 70 tahun, Hikmatul Ulya, dan Dzakira H.I (1 tahun 11 bulan) dari Lombok Timur.
Menurut Amir, keberangkatan warga NTB dari Wamena pada Ahad nanti, 6 Oktober 2019, sebanyak 50 orang yang akan pulang ke Kabupaten Bima. Mereka akan terbang dengan Lion Air dari Sentani via Makassar langsung ke Bima. Sedangkan kelompok berikutnya ke Kabupaten Bima sebanyak 27 orang.
Para pengungsi tersebut bakal dijemput oleh Kepala Bidang Kesra Dinas Sosial Kabupaten Bima, Riza Ramli.
Seorang guru SMP Yayasan Pendidikan Islam Tanah Papua, Suhardin (33), meminta bantuan dimudahkan memperoleh pekerjaan sepulang dari Wamena. Selama ini dia bersama istri dan seorang anak usia 4 tahun tinggal di Wamena.
"Kami minta Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Bima bisa membantu."
Korban kerusuhan lainnya adalah karyawan Kantor Kependudukan Catatan Sipil Hasan (57) yang setahun lagi pensiun. Dia meminta dipermudah kepindahan dari Wamena dan urusan pensiunnya.
Hasan bersama istri dan tiga orang anaknya sejak 1986 atau lebih dari 30 tahun tinggal di Wamena. ''Situasinya masih mengkhawatirkan,'' ucapnya.
Ada pula pengungsi korban kerusuhan Tolikara asal NTB yang baru tiba di Sentani. Mereka masing-masing dari Kabupaten Dompu sebanyak 3 orang, Sumbawa (10), dan Lombok Timur (3). Rencananya para pengungsi ini diberangkatkan ke NTB pada Senin nanti, 7 Oktober 2019.