TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pengungsi mengantre di Pangkalan TNI Angkatan Udara Wamena untuk diterbangkan meninggalkan Kabupaten Jayawijaya, Selasa, 1 Oktober 2019. Para pengungsi dari pelbagai daerah ini menunggu untuk diberangkatkan menggunakan pesawat Hercules menuju kota lain seperti Jayapura dan Timika.
Pantauan Tempo, TNI AU memprioritaskan untuk menerbangkan anak-anak, perempuan dan mereka yang sakit. Komandan Detasemen TNI AU Wamena Mayor Penerbang Arief Sudjatmiko mengatakan, hari ini TNI menerbangkan 1.826 pengungsi ke luar Wamena. Sejak kerusuhan pecah, TNI AU telah menerbangkan 6.472 pengungsi.
Salah satu pengungsi, Obed, warga asal Bone Sulawesi Selatan mengatakan ingin pergi sementara ke Timika. Obed telah tinggal di Wamena selama setahun. Di Wamena, dia bekerja serabutan sebagai tukang. "Saya menyaksikan kerusuhan dan merasa trauma," kata Obed saat ditemui ketika mengantre sebelum naik pesawat.
Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan Rudi Hartono mengatakan, mereka membutuhkan jaminan keamanan agar tetap bisa tinggal di kota Wamena. Dia berharap, TNI/Polri segera membangun barak pengungsian agar warga tidak tinggal di markas polisi atau tentara.
Dia juga menyayangkan pemerintah yang tak kunjung membersihkan puing bekas kerusuhan. "Kalau tidak segera dibersihkan, warga kemudian berpikir untuk meninggalkan Wamena," kata Rudi.
Komandan Resor Militer 172 Wamena, Kolonel Infantri Yonathan Sianipar berharap pengungsi tidak meninggalkan Wamena. Yonathan menjelaskan, kelompok yang menyebabkan kerusuhan memang menginginkan masyarakat meninggalkan Wamena.
Dia mengatakan, jika semua orang meninggalkan Wamena, siapa yang bakal membangun kota tersebut. Menurut dia, pembangunan kota Wamena pasca kerusuhan tidak bisa diserahkan ke aparat TNI Polri semata. "Saya minta kerjasamanya, mana yang bisa saya lakukan. Kalau bapak semangat, kami juga semangat," kata Yonathan saat bertemu dengan kelompok warga di markasnya.
Pantauan Tempo, kota Wamena masih tampak lengang. Aparat TNI berjaga di sepanjang jalan dengan menggunakan senjata lengkap. Namun, sebagian warung dan toko sudah tampak beroperasi. Situasi Bandar Udara Wamena juga sudah mulai beroperasi normal. Sebagian pengungsi memilih tetap tinggal di markas tentara dan kepolisian sejak kerusuhan meletus pada 23 September lalu.