TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia membeberkan temuan-temuannya terkait kerusuhan di Wamena, Papua. Menurut Komnas HAM aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan diakibatkan oleh miskomunikasi di SMA PGRI.
“Kronologi dari investigasi yang dilakukan oleh perwakilan Komnas HAM menunjukkan ada miskomunikasi,” kata Ketua Komnas HAM, Ahmad Fauzan Damanik, dalan konferensi pers di kantornya, Jalan Latuharhari, Jakarta, Senin 30 September 2019.
Tim perwakilan Komnas HAM memulai investigasi dengan mewawancarai guru dan murid SMA PGRI. Cerita bermula pada Selasa tanggal 17 September 2019, saat guru Riris Pangabean menjadi pengganti.
Riris, kata Ahmad, mengaku sempat cekcok dengan salah satu murid. Sebabnya, si murid itu mengira Riris menyebut kata "Kera". “Sebetulnya kalau menurut versi ibu ini dia tidak mengucapkan kera tapi keras,” kata Damanik. Namun persoalan tersebut diklaim sudah selesai.
Keesokan harinya sudah tak ada masalah, begitu pula dengan dua hari selanjutnya. Baru pada Sabtu 21 September ada sebagian murid yang kembali meributkan persoalan tersebut. Namun keributan hari itu pun diklaim dapat diselesaikan dengan mediasi yang dilakukan oleh guru-guru lain di sekolah tersebut.
Saat proses mediasi selesai, disebutkan Riris dan para murid saling bermaaf-maafan, bahkan sempat bernyanyi bersama untuk merayakan salah satu anak murid yang berulang tahun. “Baik-baik saja, enggak ada apa-apa,” kata dia.
Belakangan, kata Damanik. pada Ahad pagi, tiba-tiba ada penyerangan ke SMA PGRI. Hari Senin, guru-guru menemukan banyak fasilitas yang rusak akibat serangan tersebut. Hari itu Riris diminta tidak datang ke sekolah, untuk menghindari amuk massa.
Benar saja, karena hari itu bermunculan rombongan massa, termasuk para siswa yang berunjuk rasa ke berbagai tempat. “Dari situ terjadi kerusuhan luar biasa.”
Damanik mengatakan, menurut kesaksian orang-orang yang Komnas HAM mintai keterangan, banyak yang mengaku tak mengenal massa yang berunjuk rasa hari itu.
Adapun sejauh ini, Komnas HAM mencatat ada 31 orang korban meninggal. Serta 43 korban luka-luka yang tercatat menjadi pasien di Rumah Sakit Wamena. Sebanyak 43 korban itu, kata Damanik, banyak yang mengalami luka serius.