TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan keprihatinan mendalam atas meninggalnya dokter Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan meninggalnya seorang dokter dalam kerusuhan ini harus menjadi catatan keras bagi semua pihak.
"Seharusnya profesi dokter mendapatkan jaminan keamanan yang paling tinggi, baik dari aparat keamanan dan atau bahkan dari masyarakat," kata Tulus lewat keterangan tertulis, Sabtu, 28 September 2019.
Tulus mengatakan, semua pihak harusnya paham ihwal larangan melakukan tindak kekerasan apa pun yang mengancam keselamatan jiwa seorang dokter. Dia berujar hal ini demi tugas kemanusiaan dan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan dasar di daerah terpencil dan daerah konflik sekali pun.
Tulus menilai meninggalnya dokter di Wamena ini hanya akan menjauhkan masyarakat dari akses ke profesi dokter. Menurutnya, para dokter akan malas datang ke daerah terpencil dan potensi konfliknya tinggi karena tidak ada jaminan keamanan dan keselamatan atas dirinya.
"Hal seperti ini akan sangat merugikan bagi kepentingan masyarakat sebagai pasien, dan kesehatan masyarakat menjadi taruhannya," ucapnya.
Dokter Soeko Marsetiyo, 57 tahun, diduga dianiaya di tengah demo yang terjadi di Wamena pada Senin, 23 September 2019. Dokter yang sudah 15 tahun bertugas di pedalaman Kabupaten Tolikara ini ditemukan di Wamena sesaat setelah demo yang berujung kerusuhan.
Dia ditemukan mengalami luka-luka akibat benda tajam dan sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, tetapi nyawanya tak tertolong.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | ANTARA