TEMPO.CO, Jakarta - Setara Institute mengatakan isu demonstrasi mahasiswa menolak RUU bermasalah ditunggangi Khilafah merupakan upaya pelemahan yang sistematis.
"Mahasiswa bergerak berdasarkan mandat etiknya sebagai agent of social change," tulis Ismail Hasani, Direktur Eksekutif SETARA Institute dalam keterangan tertulisnya, Rabu 25 September 2019.
Ismail mengingatkan, fakta-fakta intoleransi dan radikalisme di banyak elemen masyarakat, tak dapat seenaknya digunakan untuk melabeli gerakan kelompok tertentu termasuk mahasiswa.
Bila digunakan dengan cara tersebut, maka terminologi intoleransi dan radikalisme bisa digunakan sebagai alat menjatuhkan kelompok lain. Yang justru, kata Ismail, akan melemahkan toleransi dan kebebasan sipil.
"Ini merupakan bentuk pengkhianatan demokrasi yang salah satu menu utamanya adalah adanya kontrol publik," ujar dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.
Upaya menghubungkan gerakan mahasiswa dengan Khilafah ini sebelumnya menguat di media sosial. Hasil analis Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mengungkapkan bahwa tagar Gejayan Memanggil, tidak berhubungan dengan akun-akun yang memperjuangkan atau melawan khilafah dan yang anti khilafah. "Tagar ini adalah cluster baru," kata Ismail dalam cuitannya di Twitter, Senin, 23 September 2019. Tempo sudah mendapat izin Ismail untuk mengutip cuitannya.