TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Risyad Fahlevi mengatakan demo mahasiswa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Timur pada Kamis lusa, 26 September, diyakini bakal diikuti oleh massa dalam jumlah besar. Selain mahasiswa, kata dia, massa dari elemen masyarakat lainnya juga akan bergabung.
Khusus kalangan mahasiswa, kata Risyad, BEM Fisip Unair aktif berkonsolidasi dengan BEM-BEM kampus lain. “Tentunya kami berkonsolidasi secara internal dan eksternal. Di eksternal kami aktif berkonsolidasi melalui wadah Aliansi BEM Surabaya, di antaranya dari ITS, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Trunojoyo,” kata Risyad di sela rapat konsolidasi di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Surabaya, Selasa, 24 September 2019.
Risyad membantah gerakan mahasiswa Surabaya ditunggangi kelompok tertentu. Menurut dia, dalam tiap-tiap konsolidasi, semua elemen peserta aksi saling mengenal satu sama lain. “Saya rasa isu mahasiswa ditunggangi itu hanya bertujuan untuk melemahkan gerakan kami. Kami solid,” katanya.
Untuk mengantisipasi adanya penyusup saat aksi, Risyad berujar semua elemen akan rapat lagi untuk membatasi atribut dan isu apa saja yang akan dibawa dalam unjuk rasa. Ia mengatakan mahasiswa tak akan mengangkat isu Papua dan komunisme karena rawan dipolitisasi. “Jadi kami batasi betul isunya agar tak ditunggangi,” katanya.
Direktur LBH Surabaya Abdul Wachid Habibullah mengatakan pihaknya hanya memfasilitasi tempat konsolidasi dan mengarahkan agar unjuk rasa tak melanggar hukum. Selain itu LBH juga ingin memperluas jaringan agar massa aksi tak hanya dari mahasiswa, melainkan juga buruh, petani, korban penggusuran dan pedagang kaki lima.
“Ini untuk mengingatkan pemerintah bahwa rakyat tahu bahwa proses legislasi di DPR banyak yang ngawur karena belum berpihak pada rakyat. Banyak kepentingan di sana, salah satunya kepentingan investor serta banyak rancangan undang-undang yang pro-korupsi,” kata Wachid.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan mempersilakan mahasiswa dan masyarakat berunjuk rasa asalkan dilakukan dengan tertib serta tidak mengganggu orang lain. Polisi, kata Luki, justru akan menjaga dan mengawal sejak massa berangkat ke lokasi unjuk rasa hingga kembali lagi ke tempat asal.
“Silakan sampaikan aspirasi, namun jangan menghina dan menghujat orang lain. Silakan sampaikan aspirasi ke pemerintah,” ujar Luki di sela meninjau gelar barang bukti di lapangan Polda Jawa Timur.