TEMPO.CO, Jakarta - Pagar gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan, Jakarta,yang rusak karena mahasiswa demo, langsung diperbaiki tadi malam, Senin, 23, September 2019. Sekitar pukul 11.30 belasan pekerja sibuk meyambung lagi pagar besi yang terpisah dari tembok. Dua di antaranya dilas. Beberapa jeruji pagar masih bolong
Mahasiswa demo dari sejumlah universitas menolak perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (revisi UU KPK) yang telah disahkan dan rancangan aturan lain yang dianggap kontroversial di depan gedung DPR, Senin malam, 23 September 2019.
Mahasiswa meminta DPR tak mengesahkan revisi UU KPK pada rapat paripurna yang digelar Selasa, 24 September 2019. Selain itu, massa yang kontra juga mengecam pembahasan RKUHP, serta RUU lain yang dianggap kontroversial seperti RUU Pertanahan, RUU Ketenagakerjaan, dan RUU Minerba. “Reformasi dikorupsi. Reformasi dikorupsi!” teriak massa mahasiswa demo itu.
Sebelumnya, sebanyak 58 perwakilan mahasiswa dari 34 universitas diterima untuk menggelar audiensi dengan Badan Legislatif DPR. Ini dianggap tak sesuai dengan keinginan mereka yang ingin bertemu pimpinan.
Ketika demo berlangsung kondisi memanas saat sejumlah mahasiswa berdiri berhadapan dengan polisi. Mereka menerobos barikade polisi lalu memanjat gerbang utama Kompleks Parlemen. Sebagian lagi menggoyang-goyangkan pagar di samping gerbang hingga rusak. Berdasarkan pantauan Tempo, belasan pendemo berhasil masuk ke dalam area kantor anggota dewan itu.
Meski begitu, suara mahasiswa terpecah. Di saat rekan-rekannya memanjat gerbang dan menggoyang pagar, sebagian mahasiswa memilih untuk tidak bertindak anarkis. Terlihat hanya sebagian mahasiswa yang bertindak anarkis, selebihnya memilih duduk.
Dari atas mobil barikade, masing-masing koordinator lapangan kelompok mahasiswa demo bergantian mengimbau rekannya agar tak terprovokasi. “Teman-teman, turun. Saya mohon jangan terprovokasi. Ayo turun dan tetap kondusif,” ujar salah satu orator.
Sekelompok kecil yang terlanjur anarkis tak mengindahkan ajakan itu. Sebagian mahasiswa tetap memaksa masuk ke dalam kompleks parlemen. Bersamaan dengan itu, imbauan agar tetap tak terpancing dari mahasiswa lainnya terus diteriakkan.
Mahasiswa demo yang anarkis meneriaki koordinator yang berada di atas mobil barikade. “Turun lu, turun! Jangan pengecut,” kata mereka.
Kondisi panas tak berlangsung lama. Begitu personel Direktorat Sabhara membuat barikade semakin banyak, mahasiswa demo yang sempat anarkis pun kembali duduk. Belasan mahasiswa yang sudah terlanjur masuk memilih untuk duduk di depan gerbang utama Kompleks Parlemen sambil mengibarkan bendera merah putih.
HENDARTYO HANGGI | ADAM PRIREZA