TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan salah satu penyebab buruknya asap di Provinsi Riau, disebabkan oleh kondisi angin yang bertiup dari selatan provinsi itu. "Kenapa asapnya banyak? Karena juga angin itu di selatan Riau bertiup lebih kencang tapi melambat di zona atas Riau," ujar Dwikorita di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu, 14 September 2019.
Titik panas (hotspot) di Riau fluktuatif setiap hari. "Angka yang saya sebutkan (titik panas) kan angka akumulatif.” Ada saat jumlah titik api naik maupun sebaliknya, jumlah titik api menurun. “Trennya saat ini agak turun," kata Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita mengatakan angin tersebut, membawa asap dari daerah selatan Riau seperti Jambi dan Riau bagian selatan. Kebakaran hutan dan lahan lebih banyak terjadi di bagian selatan kawasan itu.
Asap di Jambi dan Riau bagian selatan, kata dia, tersapu angin dan terkumpul di Riau. Angin di atas Riau bertiup lambat. Namun, di Selat Malaka angin bertiup cepat. "Sehingga kondisinya agak terisolir di Riau, " ujar Dwikorita.
Saat ini di Riau terpantau 239 titik panas. Laman BMKG, sejak Jumat pagi sekira pukul 06.00 WIB menyatakan ada 1.319 titik panas (hotspot) yang menjadi indikasi awal kebakaran di Sumatera.
Kualitas udara di Provinsi Riau sudah dinyatakan di level berbahaya sehingga mengganggu aktivitas warga. Kabut asap menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) hingga pemberhentian sekolah dan penerbangan pesawat.