TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto mengeluhkan minimnya perlatan yang mereka miliki untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Riau. Ia mengaku, tim pun kesulitan untuk mencapai lokasi karena jarak dan kesulitan medan.
"Yang menjadi kendala kami adalah masih sangat minimnya peralatan yang memadai," tutur Sunarto saat dihubungi, Jumat 13 September 2019.
Pemadaman karhutla, kata Sunarto, menjadi salah satu upaya yang kini tengah dilakukan oleh Polda Riau. Mereka selama ini telah bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, dan Pemadam Kebakaran. Selain pemadaman, mereka juga rutin melakukan patroli gabungan.
Sunarto mengatakan mereka pun melakukan sosialisasi, penyuluhan, kepada masyarakat. Ia mengaku sering mendatangi masyarakat, dan memberi sosialisasi secara langsung, maupun melalui medium lain seperti spanduk, dan baliho.
"Untuk memberikan penyadaran bagi seluruh warga," tuturnya.
Selanjutnya, Polda Riau juga mengaku telah melakukan upaya penegakan hukum. Sejauh ini sudah ada 44 kasus karhutla dengan 45 tersangka. Mayoritas tersangka, kata Sunarto, merupakan individual. Untuk tersangka korporasi Sunarto menolak menjawab dengan alasan masih dalam proses.
"Penyidik masih membutuhkan keterangan beberapa saksi ahli," kata dia.
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah Riau, titik panas paling banyak ada di Kabupaten Indragiri Hilir (141). Selain itu, titik panas ada di Kabupaten Pelalawan (50), Rokan Hilir (31), Kuansing (14), Indragiri Hulu (26), Bengkalis (6), dan Siak (1).