TEMPO.CO, Jakarta - Deputi V Bidang Kajian Politik dan Pengelolaan Isu-isu Hukum, Pertahanan, Keamanan dan HAM Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani enggan berkomentar banyak terkait sindiran dari Indonesia Corruption Watch (ICW).
Lembaga nirlaba ini menyindir sejumlah aktivis yang hilang di istana karena tak bisa mengawal revisi UU KPK.
"Saya memahami kawan-kawan ini sedang kecewa. Karenanya, saya tidak ingin berpolemik lebih lanjut soal ini. Pesannya sudah tersampaikan," kata Jaleswari saat dihubungi Tempo, Kamis, 12 September 2019.
Lewat akun Instagram @sahabaticw, ICW mengunggah delapan foto sindirian kepada delapan aktivis yang kini menjadi anak buah Jokowi.
"Mohon bantuan teman-teman @kontras_update untuk menemukan para senior yang terhormat ini, karena mereka telah pergi tanpa pesan di tengah kegentingan kerja-kerja pemberantasan korupsi dan penegakan hak asasi manusia," tulis akun ICW pada Kamis, 12 September 2019. @Kontras_update adalah akun instagram resmi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan (KontraS).
Di masing-masing foto, organisasi ini menyertakan tulisan yang cukup menohok. Termasuk Dhani, delapan tokoh itu adalah Teten Masduki, Koordinator Staff Khusus Presiden; Ifdhal Kasim, Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden; Fadjroel Rachman, Komisaris Utama perusahaan BUMN PT Adhi Karya; dan Alexander Lay, Anggota Dewan Komisaris Pertamina.
Kemudian, Andrinof Chaniago, Komisaris Utama Bank BRI; dan Abetnego Tarigan, Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden. Untuk ketujuh orang ini, lembaga nirlaba tersebut menulis "Hilang karena terlalu dekat dengan istana."
Kemudian, ICW juga mengunggah foto Johan Budi, mantan juru bicara Presiden yang sekarang menjadi anggota DPR dari PDIP. Untuk Johan ICW menulis "Hilang sejak masuk perut banteng."