INFO NASIONAL — Sebagai bagian dari upaya percepatan pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi salah satu strategi dan harapan dalam mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang telah ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23 persen pada 2025. Pemerintah berharap pembangunan PLTP tersebut juga mampu mendukung ekonomi masyarakat daerah sekitar.
"Pembangunan PLTP di Muara Laboh merupakan proyek yang sangat besar. Bagaimana kita membangun, tidak hanya proyeknya saja tetapi dapat mendukung atau membuka ekonomi baru di daerah setempat. Sehingga masyarakat setempat bisa menikmati hasilnya," ujar Direktur Jenderal EBTKE pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), F.X Sutijastoto, saat melaksanakan kunjungan kerja ke PLTP Muara Laboh, Solok, Sumatera Barat, Selasa, 10 September 2019.
Oleh karena itu, menurut Sutijastoto yang diutamakan dalam proyek pembangunan energi adalah meningkatkan perekonomian di daerah setempat. Upaya itu harus bisa disinergikan dengan pemerintah daerah.
PLTP Muara Laboh merupakan proyek panas bumi berkapasitas 220 megawatt yang dikembangkan oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) dengan rencana pengembangan Unit 1 sebesar 80 megawatt dengan target commercial operating date (COD) pada 2019 dan Unit 2 sebesar 140 megawatt dengan target COD pada 2024.
Presiden Direktur PT Supreme Energy, Nisriyanto, menyebutkan progres dari Water Treatment Plant (WTP) Muara Laboh akan dimaksimalkan rampung pada Desember 2019 dan akan menjadi proyek pertama dari generasi yang sama dengan PLTP Sorik Merapi. Hal ini tidak lepas dari dukungan PT PLN (Persero).
"Proyek ini dimulai Maret 2008 melalui uji pendalaman selama lima bulan dan dilanjutkan dengan penerbitan WKP (wilayah kerja pertambangan) pada 2008-2009. Proyek ini merupakan percepatan dari generasi yang pertama," ujar Nisriyanto.
Total investasi untuk proyek ini sekitar 470 juta USD. Kemajuan proyek pembangunan PLTP Muara Laboh sampai dengan Triwulan II 2019 telah mencapai 96 persen. Pekerjaan yang belum diselesaikan yakni kegiatan mekanikal dan elektrikal serta pembelian peralatan hingga pengirimannya ke lokasi. Sedangkan pembangunan fondasi jalur pemipaan sudah selesai dilaksanakan.
SEML telah melakukan pengeboran enam sumur eksplorasi dan sembilan sumur produksi serta tiga sumur injeksi. Berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi, cadangan terbukti sebesar 84 megawatt (gross) sehingga terdapat perubahan rencana pengembangan yang semula 220 megawatt menjadi 80 megawatt (nett). (*)