INFO NASIONAL — Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW), mengatakan sejarah mencatat betapa pengorbanan para pejuang dan pendiri bangsa dari berbagai elemen bangsa salah satunya kalangan Islam mulai dari harta, darah, dan nyawa bahkan tidak bisa dibayangkan generasi sekarang.
“Sejarah tersebut semestinya dipelajari dan dipahami terus oleh generasi sekarang dan generasi ke depan. Sangat disayangkan jika generasi muda buta akan sejarah bangsanya sendiri,” kata Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW), di hadapan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) peserta Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerja sama MPR dengan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Muhammadiyah (DPP IMM) Bidang Seni Budaya dan Olahraga, di Aula Fakultas Hukum UMJ, Tangerang, Selasa, 10 September 2019.
“Yang harus dipahami betul oleh generasi sekarang agar semangat dalam membangun bangsa adalah bahwa terbentuknya negara Indonesia yang besar ini serta alam kemerdekaan yang telah kita nikmati selama 74 tahun ini adalah warisan perjuangan para pejuang dan tokoh-tokoh bangsa dahulu. Sebut saja KH. Kahar Muzakir, KH. Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso yang berasal dari elemen-elemen organisasi yang berbeda-beda, namun merekalah yang memang sejak awal memberikan pilar besar bahwa negeri ini hadir atas kesepakatan dan keterlibatan serta menjadi bagian yang mengarahkan,” ujar HNW.
HNW menekankan bahwa poin penting yang bisa dipelajari dari figur-figur tokoh bangsa tersebut adalah walaupun mereka dari berbagai organisasi yang berbeda, namun mereka tidak lantas apatis, masa bodoh dan enggan terlibat dalam proses perjuangan terbentuknya negara Indonesia. Mereka bahkan sangat semangat di tengah perbedaan dengan satu tujuan mulia Indonesia merdeka, padahal zaman itu bangsa Indonesia sedang di bawah ancaman disintegrasi.
“Kata-kata seperti terserah mau Indonesia hancur apa tidak, saya tidak mau terlibat dan kata-kata negatif lainnya tidak ada di benak mereka. Mereka hanya memikirkan satu tujuan besar dan mulia yang harus diperjuangkan bersama-sama, itu yang harus dipahami dan diteladani di era sekarang ini,” ujarnya. (*)