TEMPO.CO, Sampit - Kondisi udara di wilayah Kota Palangka Raya dan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur di Provinsi Kalimantan Tengah semakin pekat sejak tiga hari terakhir membuat warga berinisiatif menggelar salat istisqa, yakni salat meminta hujan dalam Islam. Penduduk perumahan Bangas Permai, Palangkaraya dan aparat Kepolisian Resort Kabupaten Kotawaringin Timur meminta hujan untuk mengusir kabut asap, Selasa dan Rabu, 9-10 September 2019.
Hujan diharapkan turun agar kebakaran hutan dan lahan serta asap segera berakhir. "Usaha memadamkan kebakaran lahan sudah kami lakukan bersama, tapi ternyata masih terjadi kebakaran lahan dan asap," kata Wakapolres Komisaris Endro Wibowo di Sampit, pagi ini.
Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di lapangan terus bekerja memadamkan kebakaran lahan. Tim bekerja siang dan malam menanggulangi agar kebakaran lahan segera berakhir.
Upaya ini diharapkan juga didukung oleh masyarakat dengan mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. Kepedulian ini sangat penting agar agar upaya yang dilakukan bisa lebih maksimal. Saat ini kabut asap kebakaran lahan masih menyelimuti Sampit.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, indeks standar pencemaran udara di Sampit pada pukul 09.00 WIB masih mencatat kategori tidak sehat dengan kadar polusi 209,18 mikrogram per meter kubik. "Kami berharap kesadaran masyarakat bahwa dampak kebakaran lahan itu membahayakan kita semua," kata Endro.