TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI, Fahri Hamzah menyebut mobil Esemka belum bisa disebut mobil produksi dalam negeri, seperti yang digadang-gadang Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Musababnya, ujar dia, sebagian komponen, terutama jeroan mesin, masih diimpor dari Cina.
"Bagaimana sebuah pabrikan asing dibawa utuh ke Indonesia, lalu dibawa ke Indonesia, diganti mereknya, lalu dibilang mobil produksi dalam negeri. Itu bohong, itu kriminal sebenarnya, karena membohongi publik, membohongi konsumen," ujar Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen, Senayan pada Selasa, 10 September 2019.
Menurut Fahri, orang-orang di sekitar Presiden Jokowi hanya berupaya membuat bekas Wali Kota Solo itu senang dengan dibuatnya mobil Esemka.
"Semua ini cerita-cerita tentang menyenangkan hati presiden. Kenapa enggak ngomong jujur aja ke presiden kalau belum mampu? Orang onderdil-nya aja enggak ada," ujar Fahri.
Simak video perakitan mobil Esemka di Boyolali:
Mobil Esemka telah resmi meluncur bersamaan dengan peresmian pabrik perakitannya di Boyolali, Jawa Tengah yang dihadiri Presiden Jokowi pada Jumat 6 September 2019. Mobil pertama yang diluncurkan adalah pikap Esemka Bima 1.2 dan Bima 1.3. Dua model ini ternyata memiliki kemiripan desain bodi dan mesin dengan mobil Cina.
Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) Eddi Wirajaya menepis rumor yang selama ini berkembang, yakni mobil Esemka hanya mengganti emblem dari mobil Cina. "Bukan. Esemka bukan mobil Cina," kata Eddy di Jakarta, Selasa 13 Agustus 2019.
Namun, Eddy tak menampik bahwa sebagian komponen, terutama jeroan mesin, masih diimpor dari Cina. Tapi bukan dalam bentuk utuh (completely built up) lalu ganti logo. Menurut dia, diimpor terurai kemudian dirakit di pabrik Esemka yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah.
Eddy menjelaskan, Esemka telah menggandeng mitra lokal sebagai pemasok komponen, tapi saat ini Esemka masih kesulitan menjalin dengan industri komponen berskala besar sebagai pemasok komponen untuk produksi mobil Esemka. Namun, ia akan berusaha untuk menambah jumlah pemasok lokal di masa mendatang.
DEWI NURITA I BISNIS.COM