TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise berencana mengundang para kepala suku dan tokoh adat Papua untuk membahas trauma perempuan dan anak yang menjadi korban kerusuhan di sana.
"Saya akan mengundang kepala-kepala suku, tokoh-tokoh adat untuk datang kita berbicara khusus tentang perempuan dan anak itu," kata Yohana di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 2 September 2019.
Yohana mengatakan, kementerian saat ini sedang menyelidiki dan mengumpulkan data jumlah perempuan dan anak yang menjadi korban kerusuhan di Papua. Sejauh ini, ia hanya menerima laporan bahwa perempuan dan anak banyak yang mengalami trauma. Karena itu, ia pun mengundang tokoh adat dan kepala suku untuk berdialog.
Menurut Yohana, Kementerian PPPA sudah menjalin kerja sama sejak 2016 dengan tokoh adat dan tokoh agama. "Dengan cara menggandeng mereka termasuk akademisi tokoh perempuan, kemudian tokoh-tokog mahasiswa kita bisa lihat kira-kita bagaimana cararanya untuk menurunkan atau menghilangkan trauma perempuan dan anak," katanya.
Aksi unjuk rasa menyebar hampir di seluruh wilayah Papua selama dua pekan terakhir ini. Mereka mengecam tindakan rasisme kepada mahasiswa Papua di Surabaya. Massa bahkan ada yang menuntut referendum kemerdekaan Papua.
Unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan itu turut merusak sejumlah kantor pemerintahan dan fasilitas publik. Dari hasil laporan yang diperoleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, beberapa gedung yang rusak diantaranya gedung musyawarah rakyat Papua (MRP), gedung BMKG dan gedung Telkomsel.