TEMPO.CO, Nusa Dua - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menyebut sembilan wali atau Walisongo sebagai para tokoh agama Islam yang memiliki rasa nasionalisme tinggi. Menurut dia, cikal bakal nasionalisme dan Islam nusantara pun sudah ada sejak zaman para wali ini.
"Para Walisongo sudah melebur dengan tanah air kita," kata Said dalam acara Musyawarah Nasional Alim Ulama Muktamar V Partai Kebangkitan Bangsa di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa, 20 Agustus 2019.
Said menjelaskan, bentuk nasionalisme para wali menurutnya terlihat dari nama-nama daerah di tanah air yang melekat pada mereka, bukan nama asli masing-masing. Dia mencontohkan, Sunan Ampel dikenal bukan dengan nama aslinya, Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah. Adapun Ampel adalah nama sebuah kelurahan di Surabaya, Jawa Timur.
"Saya yakin bapak-bapak enggak hafal nama Walisongo. Sunan Ampel, enggak apa-apa namanya enggak terkenal, Ampelnya yang terkenal. Nasionalis, luar biasa itu," kata Said.
Hal serupa, kata Said, juga terjadi dengan anggota Walisongo lainnya, yakni Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Muria, Sunan Gresik, Sunan Drajat, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Kalijogo. Said berujar nama-nama asli para wali ini juga tak dikenal. "Enggak penting namanya tidak terkenal, yang penting nama daerahnya," ujarnya.
Baca Juga:
Alumni Filsafat Islam Universitas Umm Al-Qurra di Arab Saudi ini pun mengajak agar keluarga besar NU meneladani sikap para wali ini. Dia mengatakan bahwa semangat Islam nusantara harus dipelihara dan dijaga.
"Kecerdasan ini harus kita ikuti. Dengan semangat Islam nusantara, kita jaga budaya kita, karakter kita, kekayaan alam kita, mineral, energi, laut, semua kita jaga," ujar Said.