TEMPO.CO, Surabaya - Mantan Kepala Desa Talaga, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Abdul Hadir meyakini terduga pelaku penyerangan anggota Kepolisian Sektor atau Polsek Wonokromo, Surabaya, IM, terpapar radikalisme saat merantau.
Dia memastikan tak ada aliran radikal yang berkembang di Desa Talaga. "Di sini cuma ada aliran tahlilan, yasinan dan sholawatan," ujar Hadi, Ahad, 18 Agustus 2019.
Hadi mengatakan IM sudah meninggalkan Desa Talaga sejak lulus sekolah dasar. Pemuda berusia 31 tahun itu, kata Hadi, masuk pesantren di Surabaya setelah lulus sekolah dasar.
Penyerangan di Markas Polsek Wonokromo terjadi Sabtu malam, 17 Agustus 2019. IM berpura-pura melapor ke ruang SPKT. Dia lalu menyerang dua polisi yang sedang piket dengan celurit. Setelah IM bisa dilumpuhkan, ditemukan aneka barang dalam ranselnya salah satunya airsoft gun berlogo ISIS.
Polisi meyakini pelaku penyerang angggota Polsek Wonokromo IM masih terafiliasi dengan ISIS. Meski menyerang polisi dengan celurit, senjata tajam khas Madura. Polisi menemukan airsoftgun berlogo kelompok teroris ISIS dalam ranselnya. Juga beberapa anak panah, ketapel juga Bedas, pisau panjang khas Madura.