TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo membeberkan, titik asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau telah mencapai 59 spot.
Dedi menyebut titik api paling banyak terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir. “Dari jumlah tersebut ada 37 dipastikan titik api, paling banyak di Indragiri Hilir dengan sembilan titik,” ujar dia melalui keterangan tertulis pada Jumat, 9 Agustus 2019.
Lebih lanjut, akibat kebakaran tersebut, asap cukup tebal menyelimuti Kota Pekanbaru sejak Kamis pagi, 8 Agustus 2019. Asap tersebut bahkan menghalangi pemandangan karena terlalu pekat.
“Dari pengamatan kami, di Kota Pekanbaru akibat asap jarak pandangnya empat kilometer pada jam tujuh. Pada sekitar pukul delapan menjadi tiga kilometer. Memburuk jarak pandangnya,” ucap Dedi.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) mencatat luas kebakaran hutan dan lahan sejak Januari-Juli 2019 mencapai 135.747 hektare. Karhutla itu terdiri dari lahan gambut seluas 31.002 hekatre dan lahan mineral 1047.746 hektare.
Buntut kebakaran hutan dan lahan itu, polisi meringkus 23 tersangka pembakaran hutan dan lahan. Sebagian besar berasal dari Riau dan bergerak secara individu. Kendati demikian, Dedi menjamin Polri tidak akan berhenti pada para tersangka itu, tetapi akan dikembangkan hingga ke korporasi yang diduga kuat terlibat dalam kasus itu.
"Sebagian besar pelaku ini masih perorangan, jadi belum mengarah korporasi. Tetapi penyidik akan menyelidiki korporasi yang diduga terlibat dalam perkara itu," kata Dedi.
Sebelumnya Dedi menuturkan sampai saat ini pelaku mengaku melakukan hal itu karena kebiasaan masyarakat adat. Lahan yang dibakar pun tidak dapat dikatakan ilegal karena kepemilikannya berdasarkan adat.