TEMPO.CO, Jakarta-Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Mayor Jenderal Sisriadi mengatakan ada dua tahap seleksi yang dilakukan TNI terhadap calon taruna Akademi Militer untuk mengetahui ideologi yang mereka anut.
Dua tahap itu meliputi tes tertulis dan wawancara. "Di tahap tertulis itu kami kasih soal-soal untuk mengetahui seberapa besar calon taruna paham Pancasila," ujar Sisriadi saat dihubungi, Kamis, 8 Agustus 2019.
Bila dinyatakan lolos, calon taruna akan berlanjut ke tahap wawancara. Menurut Sisriadi, dalam tahap ini, seorang calon taruna akan diwawancarai oleh tiga orang anggota TNI.
Dalam sesi wawancara itu, para calon taruna akan ditanyai langsung media sosial apa yang mereka punya. "Ditanya akun dan password-nya. Jadi langsung dilihat, di-screening oleh pihak yang wawancarai akun si calon taruna itu," ucap Sisriadi.
Ketatnya seleksi calon taruna itu membuat Sisriadi yakin bahwa tak ada satu pun anggota TNI yang terpapar paham radikalisme. Selain itu, selama masa pendidikan tiga bulan pun seluruh taruna akan menjalani pelatihan yang dapat membuatnya bersih dari berbagai pola pikir.
"TNI punya sistem untuk menyaring, namanya sistem seleksi dan klasifikasi. Jadi alat saringnya itu ketat sekali," kata Sisriadi. Dari situ kemudian TNI bisa membaca jika ada potensi ekstrem yang tertanam dalam individu calon taruna.
ANDITA RAHMA