TEMPO.CO, Jakarta - Wafatnya Maimun Zubair alias Mbah Moen meninggalkan duka mendalam bagi pelbagai pihak di tanah air. Bukan cuma dikenal sebagai ulama karismatik, ia juga tokoh yang berkontribusi menentukan haluan politik lokal maupun nasional selama ini.
Karir politik Maimun merentang panjang. Dilansir dari website nu.or.id, ulama kelahiran Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1928 ini pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Rembang selama tujuh tahun.
Maimun juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat utusan Jawa Tengah selama tiga periode. Hingga wafat, kiai sepuh itu juga didapuk sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.
Suaranya didengar dominan baik di dalam internal partai ka'bah maupun oleh para politikus lainnya. Kala PPP hendak menggelar musyawarah kerja nasional untuk menunjuk pengganti Romahurmuziy, ketua umum yang tersangkut perkara korupsi pada Maret 2019, Maimun meminta agar seluruh jajaran partai sepakat mendapuk Suharso Monoarfa sebagai pelaksana tugas.
Wakil Ketua Umum PPP Reni Marlinawati mengatakan ulama sepuh itu sampai lima kali memohon agar para pengurus menyetujui Suharso sebagai Plt Ketua Umum. "Sekali ini saja, saya mohon disepakati," ujar Reni menirukan ucapan Maimoen saat ditemui di Hotel Seruni, Bogor pada Rabu malam, 20 Maret 2019.