TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pemadaman listrik pada Ahad, 4 Agustus 2019, tidak mengganggu aktivitas pemantauan gempa di Indonesia. “Ada generator set yang mampu mendukung untuk operasional,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, saat dihubungi, Ahad, 4 Agustus 2019.
Selama pemadaman listrik, BMKG memaksimalkan penggunaan generator. Bahan bakar solar pun disiapkan untuk mengantisipasi pemadaman listrik hingga 24 jam. “Yang penting kami harus dapat solar,” katanya.
Sementara kondisi alat pencatat gempa atau seismograf, menurut Rahmat, juga tidak bermasalah. Beberapa alat seperti di kantor stasiun BMKG daerah memakai cadangan listrik. “Semua seismograf di daerah memakai panel surya untuk power,” ujarnya.
Namun begitu dari pantauan Tempo, website dan media sosial resmi BMKG di Twitter tidak bisa diakses sore hari saat pemadaman listrik masih terjadi. Soal itu Rahmat Triyono tidak berkomentar. Dari website BMKG yang sudah bisa diakses selewat Ahad petang, informasi gempa terkini dengan magnitudo lebih dari 5 tercantum yang terbaru pada 2 Agustus 2019 berjarak 219 kilometer barat laut Melonguane, Sulawesi Utara.
Sebelumnya diberitakan Pelaksana Teknis Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sripeni Inten Cahyani mengatakan gangguan aliran listrik terjadi pada pukul 11.45 lewat 27 detik pada Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi atau SUTET Ungaran-Pemalang. Di sana, kata dia, terjadi gangguan pada sirkuit satu.
"Kemudian disusul sirkuit kedua terjadi gangguan akibatnya terjadi penurunan tegangan menyebabkan jaringan Depok, Tasik mengalami gangguan,” kata Sripeni, Ahad, 4 Agustus 2019. Jawa Timur, Bali tidak terganggu sementara Jawa Barat, Banten, dan Jakarta black out. Secara bertahap mulai sore hingga malam listrik kembali normal.