TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Harian Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengungkap penyebab rusaknya 223 rumah usai gempa Banten berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Pandeglang, Banten pada Jumat malam, 2 Agustus 2019.
Agus mengatakan, ratusan rumah itu rusak karena tidak memiliki standar bangunan yang mumpuni. "Ini kebanyakan rumah yang hancur karena tidak ada tulangnya," kata dia di kantornya, Jakarta Timur, hari ini, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Selain rumah, bangunan lainnya ikut mengalami rusak dengan rinciannya adalah 4 bangunan tempat ibadah rusak ringan, 1 kantor desa rusak ringan, dan 2 fasilitas pendidikan rusak ringan. Gempa Banten juga mengakibatkan 4 orang tewas dan lebih dari seribu warga yang mengungsi.
"Rata-rata meninggal bukan karena bangunan rubuh, tapi kaget serangan jantung dan kelelahan," ujar dia.
Gempa mengguncang Banten dengan kekuatan 6,9 magnitudo pada Jumat malam. Gempa itu berpusat di Kabupaten Sumur, Banten, namun guncangan dirasakan hingga Jakarta, Depok, Purwakarta, bahkan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gempa Banten diduga berpotensi tsunami, tapi peringatan dini tsunami telah diakhiri pada Jumat sekitar pukul 21.35 WIB. Kini warga yang mengungsi akibat gempa Banten sudah kembali ke rumah masing-masing sejak peringatan dini tsunami tadi dicabut.
ANDITA RAHMA