TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tokoh dari kalangan pendukung Prabowo Subianto mendorong adanya upaya Ketua Umum Gerindra itu memulangkan Rizieq Shihab.
Pernyataan ini keluar setelah tokoh lintas partai dari Yogyakarta, Solo, dan Jakarta bertemu di Yogya pada Rabu, 31 Juli 2019.
Hadir dalam pertemuan yang diikuti sekitar lebih dari 30 orang itu seperti aktivis yang juga Koordinator Rumah Aspirasi Prabowo-Sandi Lieus Sungkharisma, tokoh PPP Jawa Tengah Mudrik Sangidu, Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang (PBB) MS Kaban, dan juga tokoh PPP Yogyakarta Syukri Fadholi.
"Silaturahmi kami ini sebagai jawaban atas pertemuan Pak Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT Senayan yang lalu berlanjut dengan pertemuan Bu Megawati-Pak Prabowo yang disebut politik nasi goreng," ujar Mudrik.
Mudrik menyebut pertemuan itu sebagai politik Pecel Lele. Dalam forum itu memang menghidangkan menu utama pecel lele untuk peserta.
"Pecel Lele itu simbol kerakyatan," ujar tokoh yang menginisiasi gerakan Mega Bintang di era presiden Soeharto itu.
"Semestinya Pak Prabowo memikirkan bagaimana cara menjemput Habib Rizieq. Itu sudah kewajiban moral Pak Prabowo," ujar Mudrik.
Rizieq Shihab diketahui masih bermukim di Mekkah, Arab Saudi. Pada 2017 ia umroh bersamaan dengan mencuatnya kasus chat mesum yang menyeret namanya. Meski kasus ini dihentikan pada Juni 2018, tetapi Rizieq belum juga kembali ke tanah air. Prabowo sempat berjanji akan menjemput Rizieq pulang jika ia menang pemilihan presiden 2019.
Para tokoh dalam pertemuan di Yogya itu menagih janji pemulangan Rizieq itu. "Selama ini ada kesan pemerintah main main agar Habib Rizieq tak bisa pulang. Karena pemerintah takut pada Habib Rizieq dan FPI, salahnya apa?" ujar Mudrik.
Aktivis Lieus Sungkharisma mengatakan Habib Rizieq sudah sewajibnya diupayakan pulang oleh para elite kubu Prabowo juga pemerintah.
"Habib sudah wajib dikembalikan (ke Indonesia), tidak ada alasan," ujar Lieus yang sempat terseret sebagai tersangka dugaan makar itu.
Lieus masih ingat keputusan Ijtima Ulama jilid II butir 16, yang menyebut jika Prabowo menang menjadi presiden, maka dia akan menjemput Rizieq langsung di Arab Saudi.
"Terus kalau (Prabowo) sudah kalah (pilpres), tidak jadi jemput (Rizieq)? Ya kalau kalah juga harus tetap jemput dong, apalagi sudah makan nasi goreng, sudah makan sate," ujar Lieus dengan nada tinggi.
Lieus pun tak percaya alasan penghalang Rizieq untuk pulang adalah keharusan membayar denda terlebih dulu kepada pemerintah Arab Saudi karena ijin masa tinggalnya habis. Alasan ini pernah diungkap Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel tentang cara Rizieq Shihab jika ingin pulang ke Indonesia.
"Kepulangan Rizieq ini bukan soal duit, tapi politik," ujarnya.
Lieus pesimistis semangat rekonsiliasi yang digembar gemborkan pemerintah dan elite pasca-Pilpres 2019 hanya mimpi saja ketika permintaan pemulangan Rizieq tak diwujudkan.
"Ini saja belum dikembalikan, terus sekarang FPI mau dibubarin, jangan keterlaluan lah, kalau mau rekonsiliasi hatinya musti bersih," ujarnya.
Ketua Majelis Syuro PBB, MS Kaban mengatakan akan sangat terhormat jika pemerintahan Jokowi membantu upaya pemulangan Rizieq Shihab ke tanah air.
"Sehingga seluruh rakyat Indonesia di manapun berada merasa dilindungi. Pemerintah harusnya punya niat baik terhadap seluruh warga negaranya, tapi kenapa Habib Rizieq dipersulit?" kata Kaban.