TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet menjelaskan tiga alasan mengapa kursi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam periode kali ini menjadi seksi dan diincar semua partai yang lolos ke parlemen.
Pertama, ujar Bamsoet, posisi ini menunjukkan kewibawaan dan keberhasilan sebuah partai. "Kedua, posisi MPR sangat strategis terkait keinginan melakukan amandemen dan menghidupkan kembali garis-garis besar haluan negara (GBHN)," ujar Bamsoet dalam acara Rapimnas II SOKSI di Hotel Kartika Chandra, Jakarta pada Ahad, 28 Juli 2019.
Alasan ketiga yang tak kalah penting, ujar Bamsoet, Ketua MPR bisa mengunci permasalahan di tengah masyarakat seperti mengunci paham radikalisme dalam TAP/MPR.
Bamsoet menyebut, perebutan kursi Ketua MPR yang dinamis ini juga bukan sekadar bagi-bagi kekuasaan. "Ini juga menyangkut ancang-ancang 2024," ujar dia.
Bamsoet mengatakan, hingga saat ini Partai Golkar selaku partai pemilik kursi terbanyak kedua di parlemen, masih merasa paling pantas mendapatkan kursi Ketua MPR. Di lain sisi, ujar dia, PKB bahkan PDIP sekalipun juga dinilai mengincar posisi yang sama karena secara aturan memang tidak ada larangan partai pemenang menduduki kursi Ketua DPR dan MPR.
Untuk itu, Bamsoet berharap presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi turun langsung untuk meredakan tensi politik di internal. "Untuk meredakan ketegangan di koalisi, perlu ketegasan Presiden Jokowi. Termasuk dalam pengaturan posisi strategis di MPR," ujar Bambang.