Sudah 23 tahun berlalu, kasus kudatuli ini tidak juga jelas ujung pangkalnya. Para pendukung Megawati menduga ada ratusan orang tewas akibat serbuan itu. Ketua PDI Perjuangan Jakarta Selatan Audy Tambunan menyebutkan, korban dimakamkan secara massal di pekuburan Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Menurut laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dari peristiwa itu cuma lima orang yang tewas, 149 luka-luka, dan 23 orang hilang. Laporan lembaga yang dipimpin oleh bekas Menteri Agama Munawir Sjadzali itu mencurigai keterlibatan langsung pemerintah.
Pemerintah menahan 124 orang pengikut Megawati yang berada di tempat saat penyerangan. Sedangkan setan gundul yang dimaksudkan Presiden Soeharto dicokok dan ditahan. Budiman Sudjatmiko dan anggota Partai Rakyat Demokratik, yang dideklarasikan empat hari menjelang kerusuhan 27 Juli, menjadi kambing hitam serta setan gundul yang hendak dibersihkan Soeharto. Budiman dan kawan-kawan diberi ampunan Presiden B.J. Habibie setelah Soeharto tak lagi berkuasa dua tahun setelah peristiwa 27 Juli 1996.
Setelah 23 tahun berlalu tanpa kejelasan, Ketua Forum Komunikasi Kerukunan 123 (FKK 124)-Korban 27 Juli 1996, Ali Husen mengatakan, jika kasus ini pada akhirnya tidak bisa terungkap, minimal ada kejelasan status mereka sebagai korban. “Rehabilitasi nama kami sebagai korban, karena kami itu sampai saat ini dicap PKI, pelaku makar. Kami punya hak untuk hidup bermasyarakat,” ujar Ali saat ditemui Tempo di bilangan Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat, 26 Juli 2019.