TEMPO.CO, Jakarta - Polri menduga kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Islamiah (JI) memiliki keterkaitan. "Yang saya dengar dari Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror, ada in line karena mereka (JAD) sekarang bergabung di Kurasan, Afganistan," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan, pada Rabu, 24 Juli 2019.
Kurasan, kata Dedi, merupakan daerah abu-abu yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah setempat. Pasukan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) melarikan diri ke Kurasan pascakekalahannya pada Maret 2019 lalu. Selain itu, Kurasan juga menjadi tempat pelarian Al Qaeda, yang menjadi rujukan ideologi JI. "Jadi Kurasan dikuasai pelarian Al Qaeda, ISIS lari ke situ juga," kata Dedi.
Sementara, kata Dedi, JAD terafiliasi dengan ISIS dibawah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi yang mulai eksis sejak tahun 2000. Organisais ini lalu bergabung dengan Al-Qaeda pada 2004 sejak Perang Saudara Suriah dan Perang Irak pada 2003-2011. Belakangan ISIS memisahkan diri (lagi) karena tidak memiliki misi yang sama agar visi tercapai.
Dugaan keterlibatan JAD dan JI Indonesia diketahui polisi karena kedua kelompok teroris tersebut kerap berkomunikasi dengan jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Ali Kalora di Poso, Sulawesi. Pimpinan JI Para Wijayanto yang ditangkap pada akhir Juni 2019 lalu diketahui pernah bergabung dengan kelompok MIT.
"Ada keterkaitan karena JI banyak bergerak di Poso, dan MIT juga di bawah kontrol Saefullah (otak JAD Indonesia di Afganistan). Ini masih didalami garis keterkaitaanya supaya lebih terang," ucap Dedi.