Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suraidah, Membangun Optimisme di Sekolah Tapal Batas

image-gnews
Sekolah Tapal Batas di Desa Sungai Limau, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara. (Dok. Pertamina)
Sekolah Tapal Batas di Desa Sungai Limau, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara. (Dok. Pertamina)
Iklan

INFO NASIONAL — Bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tinggal di perbatasan negara, bersekolah membutuhkan perjuangan dan keberanian tersendiri. Harus siap melalui pemeriksaan pasukan penjaga perbatasan di bawah kokangan senjata. Tanpa izin, akan dipenjara selama dua hari karena melanggar batas negara. Setelah lolos pemeriksaan, harus menempuh perjalanan empat kilometer dengan berjalan kaki sekitar dua jam. Mereka pantang menyerah dan tetap optimistis. Sekolah Tapal Batas, harapan satu-satunya bagi masa depan mereka.

Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, merupakan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Pulau Sebatik terbagi dua negara, bagian utara merupakan wilayah Malaysia, sedangkan sebelah selatan merupakan bagian Republik Indonesia.

Akses ke Pulau Sebatik cukup sulit, selain helikopter, hanya bisa dijangkau dengan angkutan laut dari Nunukan atau Malaysia. Letak geografis yang sulit itu menjadi kendala bagi pendidikan anak-anak di Sebatik.

Di tambah lagi, bagi anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI), yang bekerja di Malaysia, karena menyandang status bukan warga negara Malaysia, membuat mereka tidak berhak memperoleh pendidikan di negeri jiran tersebut. 

Ketidakpastian pendidikan bagi anak pekerja Indonesia itu membangkitkan kepedulian dari seorang bidan, Hj Suraidah S, SKM. Suraidah alias Bu Bidan memang tidak asing bagi masyarakat setempat.

"Perjuangan agar anak dapat sekolah di sini sungguh luar biasa. Mereka tidak mengenal lagu Indonesia Raya, tidak mengetahui betapa besar dan luasnya bangsa kita ini, sehingga saya berusaha bagaimana caranya agar mereka mencintai negaranya ini, mengenal Indonesia, dan juga Pancasila," ujar wanita berusia 65 tahun tersebut.

Pensiunan dosen Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan itu memang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia rela menanggalkan profesinya sebagai dosen aparatur sipil negara (ASN) di Makassar, demi mewujudkan mimpi anak-anak di perbatasan negara, Sebatik.

Didukung Camat Sebatik Tengah, para relawan, dan Yayasan Ar-Rasyid, pada 2014, Bu Bidan mendirikan Sekolah Tapal Batas di Desa Sungai Limau.

"Sekolah kolong", begitu orang biasa menyebutnya karena memang kegiatan belajar dan mengajarnya dilakukan di kolong bangunan rumah.

Suraidah, yang memiliki latar belakang master kesehatan dari lembaga pendidikan di Thailand, memulai perjuangannya di Sebatik dengan membuka praktik kebidanan di tempat indekosnya.

Tempat tinggal Bu Bidan, yang hanya beberapa ratus meter dari perbatasan darat Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, memungkinkannya banyak berinteraksi dengan TKI.

Semangat Pantang Menyerah

Untuk meyakinkan anak-anak belajar di Sekolah Tapal Batas, para guru dan sukarelawan mendatangi para calon muridnya di kebun-kebun sawit di Malaysia.

Meyakinkan calon orang tua murid, yang mayoritas buruh di perkebunan kelapa sawit Malaysia, bukanlah pekerjaan mudah. Banyak orang tua tidak mengizinkan anaknya menyeberangi perbatasan negara untuk menuju sekolah yang berjarak sekitar empat kilometer dari tempat tinggal mereka atau menghabiskan waktu dua jam dengan berjalan kaki.

Belum lagi tantangan dari petugas perbatasan. Anak-anak harus mendapatkan izin polisi Malaysia untuk melintasi perbatasan. Tanpa izin, mereka akan diburu dan ditangkap untuk dikurung selama dua hari karena telah melanggar batas negara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kegigihan para guru dan sukarelawan mendapat jalan keluar setelah Komando Rayon Militer (Koramil) Sebatik Tengah dan Camat Sebatik Tengah menerbitkan kartu jaminan khusus.

Dengan kartu itu para siswa dapat melintas bebas di perbatasan untuk menuntut ilmu. Para orang tua pun mulai memberikan kepercayaan.

Fasilitas Terbatas

Walau dalam kondisi keterbatasan, anak-anak tetap antusias belajar di Sekolah Tapal Batas. Menempati kolong rumah warga dengan ruang kelas hanya dua, yang dipisahkan selembar tripleks, anak-anak pun hanya duduk di lantai.

Terketuk perjuangan siswa dan guru "sekolah kolong" ini, Pertamina EP Tarakan Field berinisiatif memberikan bantuan pakaian seragam untuk seluruh siswa dan guru, serta dilengkapi sepatu dan tas.

Bantuan seragam sekolah merah putih dari Pertamina seakan menegaskan identitas mereka sebagai pelajar Indonesia, yang tak berbeda dengan pelajar-pelajar di daerah Indonesia lainnya. Satu hal yang ternyata mampu memupuk semangat mereka dalam menuntut ilmu.

Untuk meningkatkan kualitas pengajaran, Pertamina juga membantu fasilitas dan peralatan penunjang pendidikan berupa buku bacaan, meja dan kursi, alat-alat edukasi, serta papan tulis.

Para siswa akhirnya bisa merasakan suasana belajar yang lebih nyaman dengan duduk di kursi, setelah sebelumnya selalu lesehan di lantai.

Selain itu, Pertamina juga memberikan fasilitas sumur bor air agar pihak sekolah dapat menghemat pengeluaran per bulan sebesar Rp 2 juta untuk membeli air bersih.

Setelah berjalan lima tahun, kini seratusan siswa belajar di Sekolah Tapal Batas, meliputi pendidikan anak usia dini (PAUD), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah diniyah (MD), Pendidikan Kesetaraan Paket A, B dan C, serta Pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF). Dengan program kesetaraan ini, pada 2016, tercatat sudah tidak ada lagi masyarakat di Kecamatan Sebatik Tengah yang buta aksara.

Dibantu kader-kader TKI yang memenuhi syarat kualifikasi pendidikan untuk menjadi tenaga pengajar, sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 yang dikolaborasikan dengan kurikulum Kementerian Agama.

Ke depan, Suraidah berpendapat bahwa bentuk pesantren menjadi model paling tepat bagi pendidikan anak-anak TKI di perbatasan negara. Menurut dia, anak didik tidak hanya diberikan pengetahuan, tetapi juga pendidikan karakter. Pesantren diyakini Suraidah sangat tepat untuk pendidikan karakter anak.

Melalui program-program CSR di seluruh negeri, Pertamina bersama-sama dengan masyarakat membantu anak-anak Indonesia lebih sehat, cerdas, dan sejahtera. Mari dukung anak Indonesia jadi energi penggerak bangsa. (*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

7 November 2022

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

Agar ban tubeless Anda mampu bertahan lama, pasti harus diperlakukan dengan baik sehingga tidak cepat rusak.


Guru TIK Batam Makin Melek Digital

29 Agustus 2022

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam | Foto: KEMENKOMINFO
Guru TIK Batam Makin Melek Digital

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam


Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

27 Februari 2022

Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

Integrasi memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.


Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

27 Februari 2022

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

Gus Muhaimin mengaku spirit perjuangan Kiai Abbas akan terus dikenang sepanjang masa.


Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

27 Februari 2022

Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

Kuota tersebut dimanfaatkan untuk nelayan lokal, bukan tujuan komersial (penelitian, diklat, serta kesenangan dan rekreasi), dan industri


BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

19 Februari 2022

(Ki-ka) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan bersama sekitar 300 diaspora Indonesia yang hadir secara virtual dalam Acara Silaturahmi Daring Diaspora Indonesia, Sabtu (19/2/2021).
BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

Kolaborasi diaspora dengan perbankan nasional merupakan upaya untuk terus menciptakan banyak peluang investasi di luar negeri.


Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

19 Februari 2022

Mesin ATM BNI
Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

Heboh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mendapatkan kado ulang tahun mesin ATM dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).


Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

19 Februari 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

Tes pramusim MotoGP yang telah digelar pada 11 Maret 2022 menjadi pelajaran penting menghadapi race MotoGP pada 18-20 Maret 2022 nanti.


Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

19 Februari 2022

Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia.


HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

19 Februari 2022

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA
HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

Sikap yang memaksakan tetap berlakunya Permenaker 2/2022 itu bisa menciderai nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Pancasila.