Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

GBPH Cakraningrat Wafat: Pangeran yang Menolak Sabda Sultan HB X

image-gnews
Jenazah GBPH Cakraningrat tiba di Yogya dan disemayamkan di Ndalem Prabukusuman Yogya, Senin, 22 Juli 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Jenazah GBPH Cakraningrat tiba di Yogya dan disemayamkan di Ndalem Prabukusuman Yogya, Senin, 22 Juli 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Putra Sultan Hamengku Buwono IX Gusti Bendara Pangeran Hario (GBPH) Cakraningrat yang meninggal kemarin, termasuk salah satu yang menolak sabda Raja Sultan HB X. Dia menilai sabda itu menyalahi paugeran atau aturan baku di Keraton Ngayokyakarta Hadiningrat.

Sabda Raja yang dikeluarkan Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku buwono X pada 2015 silam memicu polemik berkepanjangan di internal keraton Yogya dan belum ada tanda penyelesaian hingga sekarang.

Sebab Sabda Raja atau perintah raja itu dinilai membuka peluang diangkatnya raja perempuan sebagai penerusnya. Para rayi dalem atau keturunan inti HB IX yang jumlahnya 15 orang sebagian menentangnya. Raja perempuan dianggap akan memutuskan dinasti Hamengku Buwono sebagai pendiri Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta.

Di tengah belum selesainya polemik itu, saat pertemuan sejumlah pangeran dari HB IX di Yogya Oktober 2017 silam, Gusti Cakraningrat sempat angkat bicara.

"Sebenarnya sudah mulai mengerucut siapa penggantinya (Sultan HB X), tapi sebelum diputuskan karena kami masih melihat dinamika di masyarakat, khususnya di Yogya,” ujar GBPH Cakraningrat yang merupakan adik tiri Sultan HB X saat itu.

Cakraningrat menuturkan, dari keturunan HB IX, yang berpeluang menggantikan Sultan HB X, ada tujuh orang dari total 16 keturunan HB IX dengan empat istrinya.

Mereka yang disebut berpeluang diangkat menjadi Sultan HB XI antara lain GPBH Hadisuryo, GBPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo, GBPH Candraningrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Surya Mataram, dan GBPH Suryonegoro.

“Mereka (berpeluang) menjadi HB XI itu karena hanya mereka yang memiliki keturunan laki-laki,” ujar Cakraningrat yang menjabat sebagai Penghageng Danarto Pura (bidang keuangan) Keraton Yogya itu.

Dari 16 keturunan HB IX sendiri ada 12 keturunan laki-laki termasuk di dalamnya Sultan HB X.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cakraningrat menuturkan, para rayi dalem keturunan HB IX sepakat, bahwa Sultan HB XI yang ditunjuk kelak yang memiliki keturunan laki-laki agar kelak suksesi ke HB XII tidak terjadi polemik seperti sekarang ini.

“Jadi suksesi berikutnya dari HB XI ke HB XII tidak bermasalah dan menimbulkan keributan seperti sekarang,” ujarnya.

Seperti diketahui, Raja Keraton saat ini Sri Sultan HB X tidak memiliki keturunan laki-laki. Kelima keturunannya seluruhnya perempuan.

Selain memiliki keturunan laki-laki, Cakraningrat menuturkan, yang diprioritaskan pihaknya menjadi HB XI adalah mereka yang selama ini banyak berkiprah di Yogyakarta sehingga masyarakat sudah cukup mengetahui latar belakangnya.

“Saya dan beberapa keturunan HB IX banyak tinggal di Jakarta, warga Yogya mana tahu, sehingga saya tidak masuk karena juga tidak memiliki anak laki-laki,” ujar Cakra.

Cakra menuturkan persoalan raja laki-laki sebenarnya persoalan sederhana namun fundamental bagi tradisi adat Keraton Yogya. “Kami hanya mencari ketersambungan darah keturunan Hamengku Buwono, sebab itu pilar utama,” ujarnya.

Almarhum.Cakraningrat sendiri rencananya dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Kotagede Yogyakarta pada Senin 22 Juli 2019 sore.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Razia Jam Malam di Yogyakarta selama Ramadan, Anak Usia Sekolah jadi Sasaran

12 jam lalu

Razia Jam Malam Anak di Kota Yogyakarta digencarkan selama bulan Ramadan 2024 untuk mencegah kejahatan jalanan. (Dok. Istimewa)
Razia Jam Malam di Yogyakarta selama Ramadan, Anak Usia Sekolah jadi Sasaran

Razia jam malam di Yogyakarta untuk mengantisipasi kejahatan dan kekerasan jalanan atau klitih yang berulang, pelakunya sering kali di bawah 18 tahun.


7 Pilihan Bus Rute Bogor-Yogyakarta dengan Harga Terjangkau

22 jam lalu

Sleeper Bus buatan Laksana tampil di GIIAS 2019. TEMPO/Muhammad Kurniato
7 Pilihan Bus Rute Bogor-Yogyakarta dengan Harga Terjangkau

Ada beberapa pilihan bus rute Bogor Yogyakarta yang bisa Anda coba. Harga tiketnya mulai dari Rp180 ribu saja. Ini informasi lengkapnya.


Ngabuburit di Candi Prambanan dan Ratu Boko, Ini Menu Berbuka yang Bisa Dinikmati

2 hari lalu

Sederet menu berbuka puasa di Candi Ratu Boko dan Prambanan. (Dok. Istimewa)
Ngabuburit di Candi Prambanan dan Ratu Boko, Ini Menu Berbuka yang Bisa Dinikmati

Wisatawan yang menunaikan ibadah puasa di Yogyakarta, ada sejumlah spot menarik untuk ngabuburit dan berbuka puasa yang jadi pilihan. Salah satunya di Candi Ratu Boko maupun di Candi Prambanan, Sleman Yogyakarta.


Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

2 hari lalu

Massa membawa replika batu nisan makam di Aksi Sejagad : 30 Hari Matinya Demokrasi di Rezim Jokowi di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta Kamis sore 14 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

Aksi Sejagad: 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Kepemimpinan Jokowi di Yogyakarta sebut Pemilu 2024 sebagai pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia


Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

3 hari lalu

Pemantauan daging segar oleh Pemkot Yogyakarta di pasar rakyat saat Ramadhan. (Dok. Istimewa)
Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.


Banjir Semarang Surut Akhir Pekan Ini, Perjalanan Kereta Api Area Daop 6 Yogyakarta Kembali Normal

3 hari lalu

Sebuah loko kereta api terjebak banjir di  emplasemen Stasiun Tawang Bank Jateng, Semarang, Kamis, 14 Maret 2024. Banjir melumpuhkan aktifitas di stasiun ini, rute kereta yang melintasi kota Semarang dialihkan ke jalur selatan Jawa Tengah. Foto : Budi Purwanto
Banjir Semarang Surut Akhir Pekan Ini, Perjalanan Kereta Api Area Daop 6 Yogyakarta Kembali Normal

Bersamaan dengan surutnya banjir Semarang, Daop 6 kembali menjalankan kereta api yang sempat dihentikan operasinya.


Rekomendasi 7 Tempat Ngabuburit di Yogyakarta

3 hari lalu

Masyarakat berdatangan ke Kampoeng Ramadhan Jogokariyan Masjid Jogokariyan. Dok. Istimewa
Rekomendasi 7 Tempat Ngabuburit di Yogyakarta

Ini sejumlah tempat menarik di Yogyakarta untuk ngabuburit


97 Rumah Rusak di DIY, Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi sampai 16 Maret

3 hari lalu

Rumah tertimpa tiang listrik yang roboh akibat cuaca ekstrem di Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta (ANTARA/HO-BPBD Bantul)
97 Rumah Rusak di DIY, Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi sampai 16 Maret

Sebanyak 97 rumah rusak akibat cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang di DIY pada Kamis. Masih berpotensi terjadi sampai 16 Maret


Cuaca Ekstrem Timbulkan Kerusakan di Empat Kabupaten Yogyakarta

4 hari lalu

Ilustrasi hujan disertai angin kencang. Shutterstock
Cuaca Ekstrem Timbulkan Kerusakan di Empat Kabupaten Yogyakarta

BMKG pada Rabu telah mengeluarkan peringatan dini potensi bencana cuaca ekstrem yang akan terjadi di wilayah Yogyakarta pada 14-16 Maret.


Soroti 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Jokowi, Massa Bawa Nisan di Depan Istana Presiden Yogyakarta

4 hari lalu

Massa membawa replika batu nisan makam di Aksi Sejagad : 30 Hari Matinya Demokrasi di Rezim Jokowi di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta Kamis sore 14 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Soroti 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Jokowi, Massa Bawa Nisan di Depan Istana Presiden Yogyakarta

Salah satu yang diserukan massa aksi di Yogyakarta itu adalah menolak hasil Pemilu 2024 yang diwarnai berbagai pelanggaran.