TEMPO.CO, Jakarta - Putra Sultan Hamengku Buwono IX Gusti Bendara Pangeran Hario (GBPH) Cakraningrat yang meninggal kemarin, termasuk salah satu yang menolak sabda Raja Sultan HB X. Dia menilai sabda itu menyalahi paugeran atau aturan baku di Keraton Ngayokyakarta Hadiningrat.
Sabda Raja yang dikeluarkan Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku buwono X pada 2015 silam memicu polemik berkepanjangan di internal keraton Yogya dan belum ada tanda penyelesaian hingga sekarang.
Sebab Sabda Raja atau perintah raja itu dinilai membuka peluang diangkatnya raja perempuan sebagai penerusnya. Para rayi dalem atau keturunan inti HB IX yang jumlahnya 15 orang sebagian menentangnya. Raja perempuan dianggap akan memutuskan dinasti Hamengku Buwono sebagai pendiri Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta.
Di tengah belum selesainya polemik itu, saat pertemuan sejumlah pangeran dari HB IX di Yogya Oktober 2017 silam, Gusti Cakraningrat sempat angkat bicara.
"Sebenarnya sudah mulai mengerucut siapa penggantinya (Sultan HB X), tapi sebelum diputuskan karena kami masih melihat dinamika di masyarakat, khususnya di Yogya,” ujar GBPH Cakraningrat yang merupakan adik tiri Sultan HB X saat itu.
Cakraningrat menuturkan, dari keturunan HB IX, yang berpeluang menggantikan Sultan HB X, ada tujuh orang dari total 16 keturunan HB IX dengan empat istrinya.
Mereka yang disebut berpeluang diangkat menjadi Sultan HB XI antara lain GPBH Hadisuryo, GBPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo, GBPH Candraningrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Surya Mataram, dan GBPH Suryonegoro.
“Mereka (berpeluang) menjadi HB XI itu karena hanya mereka yang memiliki keturunan laki-laki,” ujar Cakraningrat yang menjabat sebagai Penghageng Danarto Pura (bidang keuangan) Keraton Yogya itu.
Dari 16 keturunan HB IX sendiri ada 12 keturunan laki-laki termasuk di dalamnya Sultan HB X.
Cakraningrat menuturkan, para rayi dalem keturunan HB IX sepakat, bahwa Sultan HB XI yang ditunjuk kelak yang memiliki keturunan laki-laki agar kelak suksesi ke HB XII tidak terjadi polemik seperti sekarang ini.
“Jadi suksesi berikutnya dari HB XI ke HB XII tidak bermasalah dan menimbulkan keributan seperti sekarang,” ujarnya.
Seperti diketahui, Raja Keraton saat ini Sri Sultan HB X tidak memiliki keturunan laki-laki. Kelima keturunannya seluruhnya perempuan.
Selain memiliki keturunan laki-laki, Cakraningrat menuturkan, yang diprioritaskan pihaknya menjadi HB XI adalah mereka yang selama ini banyak berkiprah di Yogyakarta sehingga masyarakat sudah cukup mengetahui latar belakangnya.
“Saya dan beberapa keturunan HB IX banyak tinggal di Jakarta, warga Yogya mana tahu, sehingga saya tidak masuk karena juga tidak memiliki anak laki-laki,” ujar Cakra.
Cakra menuturkan persoalan raja laki-laki sebenarnya persoalan sederhana namun fundamental bagi tradisi adat Keraton Yogya. “Kami hanya mencari ketersambungan darah keturunan Hamengku Buwono, sebab itu pilar utama,” ujarnya.
Almarhum.Cakraningrat sendiri rencananya dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Kotagede Yogyakarta pada Senin 22 Juli 2019 sore.