TEMPO.CO, Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengevaluasi penyebab perolehan suara partainya anjlok di pemilihan umum 2019 dalam musyawarah kerja nasional (Mukernas) PPP yang digelar pada 19-20 Juli 2019. Menurut Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani, partai menilai salah satu penyebab krusial turunnya kursi PPP di parlemen akibat metode perhitungan suara Saint Lague yang diberlakukan dalam Pemilu 2019.
"Kalau dengan metode sebelumnya, dengan kuota hare itu, PPP tidak 19 kursi, tapi mendapat 26 kursi di parlemen," ujar Arsul Sani di Hotel Ledian, Serang, Banten pada Jumat malam, 19 Juli 2019.
Sainte Lague murni merupakan metode nilai rata-rata tertinggi yang digunakan untuk menentukan jumlah kursi yang telah dimenangkan dalam suatu pemilihan umum. Sementara kuota hare yang digunakan di dalam sistem pemunguran suara yang dapat dipindahtangankan dan juga dalam sistem pemilu yang menggunakan kuota minimal. Sistem ini dinilai lebih menguntungkan partai-partai kecil.
Karena itu, kata Arsul, dalam Mukernas kali ini, PPP akan meminta rekomendasi dari 34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) terkait evaluasi sistem tersebut untuk kemudian diteruskan DPP kepada perwakilan fraksi PPP di DPR. "Jadi nanti diharapkan ada rekomendasi sistem apa yang mau kita anut ke depan," ujar Arsul.
Raihan suara PPP pada Pemilu 2019 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2014. Saat Pemilu 2014, partai berlambang ka'bah itu mendapatkan 8.157.488 atau 6,53 persen suara. Namun, saat Pemilu 2019, hanya mendapatkan 6.323.147 atau 4,52 persen suara. Sementara di parlemen, PPP mendapat 39 kursi pada 2014. Sedangkan, pada 2019, kursi PPP merosot menjadi 19 kursi di parlemen.