TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode M. Syarif mengaku pesimis dengan hasil tes kompetensi seleksi calon pimpinan KPK 2019-2023. Dia akan bersyukur bila terpilih lagi menjadi pimpinan, namun akan lebih bersyukur kalau tidak terpilih.
"Saya enggak optimistis, keterima alhamdulillah, enggak keterima alhamdulillah banget," kata Syarif di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Negara, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Juli 2019.
Syarif menjelaskan alasannya kenapa memilih bersikap pesimis. Dia bilang kerja di KPK capek. "Kan sudah tahu lelahnya kerja di KPK, jadi biasa saja," ucapnya.
Syarif mengatakan itu seusai mengikuti tes uji kompetensi capim KPK yang diadakan Pusdiklat Sekneg hari ini. Mereka yang mengikuti tes itu adalah capim yang lulus dari tahap administrasi. Total ada 192 calon yang lulus tahap administrasi, termasuk Syarif, dan dua komisioner KPK lainnya, yakni Basaria Panjaitan dan Alexander Marwata. Sementara itu, ada empat calon yang tidak hadir, sehingga tinggal 188 capim yang mengikuti tahap seleksi ini.
Dalam uji kompetensi, panitia seleksi memberikan ujian dalam dua jenis tes mengenai seputar upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, yakni pilihan ganda dan esai.
Laode menuturkan ada beda antara tes saat ini dan periode sebelumnya. Bedanya, dulu penulisan esai dilakukan secara tulis tangan. Sekarang pakai komputer. "Hari ini lebih bagus," kata dia. Dalam penulisan esai, si capim harus menjabarkan gagasannya mengenai pemberantasan korupsi ke depannya.
Syarif mengatakan punya gagasan untuk mengintegrasikan upaya pencegahan dan penindakan korupsi. Kedua, ia juga ingin koordinasi dan supervisi KPK diperkuat dengan lembaga lainnya. Ketiga, ia juga ingin KPK berkontribusi pada perbaikan tata kelola sektor sumber daya alam dan perpajakan yang menjadi penyembah terbesar keuangan negara. "Enggak ada yang baru-baru amat," kata dia.