TEMPO.CO, Jakarta-Polisi tak segan menembak mati anggota jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sikap tegas dilakukan jika kelompok yang dipimpin Ali Kalora itu melawan Satuan Tugas Tinombala.
"Tergantung situasi di lapangan. Kalau dia melawan, ya, ditembak. Tapi kalau menyerahkan diri baik-baik pasti tidak akan ditembak," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan pada Senin, 15 Juli 2019
Dedi menuturkan Satgas Tinombala sudah mengetahui titik koordinat Ali Kalora cs. "Titik koordinatnya sudah dikepung oleh tim gabungan TNI-Polri. Seluruh jalur klasik, lewat sungai dan yang lainnya sudah dikepung," kata dia.
Menurut dia Satgas hanya tinggal menunggu Ali Kalora cs kehabisan bahan logistik. Begitu mereka keluar dari tempat persembunyiannya, Satgas Tinombala akan segera menangkap seluruh anggota kelompok MIT tersebut.
Sebelumnya, karena belum juga berhasil meringkus Ali Kalora cs, Polri kembali memperpanjang masa operasi Satgas Tinombala sampai tiga bulan ke depan, terhitung sejak Juli 2019 hingga Oktober 2019 mendatang.
Satgas Tinombala awalnya dibentuk untuk melumpuhkan dan menangkap jaringan teroris MIT yang dipimpin Santoso. Namun, pada 18 Juli 2016, Santoso tewas setelah baku tembak dengan anggota Satgas Tinombala. Setelah kematian Santoso, Ali Kalora naik menggantikan tampuk pimpinan.
Menurut polisi, jumlah anggota kelompok MIT semakin menyusut dan kini hanya beranggotakan sembilan orang. Mereka dilengkapi dengan tiga senjata api. "Sembilan orang saat ini dengan 2 senjata laras pendek dan satu senjata rakitan," kata Dedi.
Kelompok Kalora kerap dituding sebagai dalang kejahatan di sekitaran Poso. Salah satunya adalah pembunuhan yang diperkirakan terjadi pada 26 Juni 2019 lalu. Korbannya, warga dengan inisial T dan P, tewas karena benda tajam.