TEMPO.CO, Jakarta - Calon Ketua umum Partai Golkar Bambang Soesatyo berbincang selama hampir 1,5 jam dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 15 Juli 2019.
Baca juga: Dedi Mulyadi Sebut Munas Sering Jadi Pangkal Perpecahan Golkar
Bamsoet, sapaan Bambang, mengatakan kedatangannya bukan untuk meminta dukungan maupun restu Jokowi untuk maju sebagai calon ketua umum Partai Golkar. "Enggak ada restu merestui juga enggak ada. hanya kita bicara bagaimana Golkar ke depan harus tetap menjadi partai tengah," kata Bambang
Bambang mengaku juga diminta Jokowi menjaga kekompakan Partai Golkar. Selain itu, Partai Golkar juga diminta menjadi partai tengah yang bisa menyatukan semua kekuatan. "Jangan ada lagi lahir partai baru dari rahim Golkar," ujarnya.
Partai Golkar sempat mengalami dualisme kepemimpinan yang akhirnya menelurkan partai-partai baru. Misalnya pada 2004, adanya dualisme di tubuh Golkar menciptakan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sedangkan pada 2010, perpecahan di Golkar memunculkan Partai NasDem.
Menjelang musyawarah nasional (Munas) 2019, dinamika warga partai beringin itu semakin kuat. Aksi berbalas dukungan dan manuver dari para elite tampak makin jelas. Sebagian menginginkan ketua sekarang, Airlangga Hartarto melanjutkan kepemimpinan.
Baca juga: Airlangga Hartarto: Jatah Ketua MPR Milik Golkar
Sebagian yang kecewa dan mengoreksi kepemimpinan Airlangga dengan memberikan dukungan kepada figur lain, seperti Bamsoet. Menurut mereka, kepemimpinan Airlangga dianggap gagal meraih target 110 kursi parlemen untuk Golkar dalam Pileg 2019.