TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais mengatakan belum mau berkomentar soal momen Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu Prabowo Subianto di MRT Lebak Bulus pada Sabtu, 13 Juli 2019.
Baca: Amien Rais: Kubu Prabowo akan Terhormat di Luar Pemerintahan
"Saya hanya akan memberikan pernyataan setelah saya membaca surat Pak Prabowo," kata Amien di sela menerima kunjungan pengurus DPW PAN Jawa Tengah di kediamannya, Jalan Pandean Sari, Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, Sabtu, 14 Juli 2019.
Menurut Amien, ia mendapatkan amplop tertutup berisi surat dari Prabowo. Namun, dia belum sempat membacanya karena surat itu saat ini ada di kediamannya, kompleks Taman Gandaria, Jakarta Selatan.
"Saya diberi tahu ajudan saya Pak Ismail, 'Pak itu Pak Prabowo mengirim surat amplop tertutup sepertinya agak tebal'. Mungkin dua lembar," kata Amien.
Sementara itu, Amien mengatakan pendukung Prabowo bakal lebih terhormat apabila berada di luar pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi. Tujuannya untuk mengawasi kinerja pemerintah selama 5 tahun ke depan.
"Tentu sangat indah kalau kubu Prabowo itu di luar, juga terhormat. Untuk mengawasi 5 tahun ke depan," kata Amien
Menurut Amien, apabila kubu Prabowo bergabung dengan pemerintah, tidak akan ada lagi yang mengawasi. Baginya, demokrasi akan mati apabila seluruh suara di DPR sama dengan suara di eksekutif.
"Soalnya kalau pada bergabung, nanti tak ada lagi yang mengawasi. Nanti suara DPR sama dengan suara eksekutif. Itu pertanda lonceng kematian demokrasi. Di mana pun seperti itu," kata Amien.
Demokrasi, kata Amien, akan mengalami musibah yang paling berat dan sulit bangkit kembali jika parlemen sudah menjadi juru bicara eksekutif.
Baca: Anak Amien Rais Berpeluang Jadi Pimpinan DPRD Yogyakarta
"Maka, demokrasi mengalami musibah yang paling berat dan tidak bisa bangkit kembali kalau kedua kekuatan eksekutif dan legislatif jadi satu. Yudikatifnya juga mengamini (maka) game it's over," katanya.